41. Lekas

31 11 22
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Pokoknya anak Papa harus sehat terus, ya. Kan sekarang Papa sama Mama udah pulang." Rendra berujar sembari menuntun tangan Syasya.

"Nanti Syasya mau makan sama apa? Biar Mama yang masakin," tanya Ivana.


"Ayam bakar aja, Ma." Syasya menunjukan deretan giginya.

"Siap. Nanti Mama masakin yang paling enak, ok?" sanggup Ivana.

Mereka pun sampai di depan mobil Rendra untuk pulang ke rumah. Baru saja hendak membuka pintu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara sirine ambulan yang datang dari arah utara rumah sakit.

Perawat pun berlari dengan cepat mendorong brangkar seorang pria yang butuh tindakan medis dengan segera. Mereka mengarah ke ruang IGD. Awalnya Syasya hanya diam menyaksikan. Namun ia dikejutkan dengan seseorang yang mendampingi pria tersebut.

"Leon?" batin Syasya.

Rendra menyuruh Syasya untuk segera masuk. Tetapi gadis itu tidak langsung menggubrisnya. Ia mendengar Leon menyebut-nyebut nama Atha. Lantas Syasya menarik lengan Rendra. "Pa, ayo ke sana. Cowok yang tadi dibawa ambulan itu Atha. Aku mau liat dia!" paksanya.


"Kita pulang aja, kan kamu harus istirahat. Jangan dulu mikirin yang lain." Rendra kembali menuntun Syasya. Sedangkan gadis itu malah menggeleng kuat.


"Gak mau! Pokoknya Syasya mau liat Atha!"

"Mungkin itu kerabat atau saudara nak Leon, sayang. Bukan Atha. Kita pulang, ya?" bujuk Ivana.

Syasya kembali menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak, Ma. Tadi Syasya denger Leon sebut nama Atha. Syasya yakin gak salah denger," rengeknya.

"Pokoknya kita pulang dulu. Yuk kamu masuk." Rendra membuka pintu mobil.

Dengan cepat Syasya menepis tangan Rendra lalu berlari untuk menyusul Atha.

"Syasya!" teriak Rendra.

Gadis itu malah mengabaikannya dan terus berlari mengejar Leon untuk memastikan. Tepat di depan IGD, Syasya menahan perawat itu untuk membawa Atha ke dalam. Syasya ingin melihat keadaan Atha. Namun hatinya terasa sangat sakit. Atha kini tak berdaya dengan banyak luka lebam dan darah mengering di sekujur tubuhnya. Air mata Syasya mengalir begitu saja. "Atha," isaknya.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang