50. Luka dan Masa

58 13 22
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kamis, 2 April 2020

Hari UNBK pun tiba. Semua murid kelas XII MIPA 1 mendapat giliran sesi pertama. Mereka sudah bersiap-siap di depan monitor untuk mengisi soal ujian. Syasya tak hentinya merapalkan doa agar diberi kelancaran selama pengerjaan soal.

Sudah seminggu Vanya tidak hadir ke sekolah. Lebih tepatnya, Elzan telah memindahkan Vanya ke sekolah lain atas persetujuannya. Sebenarnya Syasya merasa sedikit tenang, namun dia tidak seperti Vanya yang bisa tertawa di atas penderitaan orang.

Perlahan waktu membawa pergi setiap luka yang dirasakan oleh Syasya selama tiga tahun di sana. Sekarang waktunya Syasya mengerahkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang telah ia pelajari di sekolah. Syasya berharap akan kembali menjadi lulusan terbaik dalam UNBK tahun ini. Ia ingin dikenang dengan hal-hal yang mengesankan.

Mata pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Syasya membaca secara seksama setiap teks yang ada, lalu memilih jawaban yang dirasa tepat olehnya. Membaca sastra, non sastra, menyunting kata atau kalimat, bahkan menyunting ejaan dan tanda baca. Semuanya cukup Syasya kuasai. Gadis itu merasa optimis dengan kemampuannya kali ini.

Detik berganti menit. Jam terasa berlalu dengan cepat. Waktu pengisian soal UNBK pun telah habis. Syasya tidak langsung pulang, ia memilih untuk berdiam diri di sekolahnya sebentar. Mungkin gadis itu rindu menjelajahi setiap sudut sekolah tanpa rasa cemas. Tanpa rasa takut akan dicegah dan dikejar. Apa kali ini ia sudah bebas?

Syasya baru saja keluar dari lab komputer sembari membawa setumpuk buku di tangannya. Gadis itu menatap ruangan kelasnya dengan nanar. Teringat saat ia dicekal Vanya dan diperlakukan dengan seenaknya. Lagi-lagi hatinya sakit. Pikirannya kini membawa Syasya pada masa di mana Vanya pertama kali membully Syasya.

Flashback On <<

"Ups, sorry," ujar Vanya setelah berhasil membuat proyek sains yang Syasya buat menjadi berantakan.

Syasya mematung. Memungut serpihan kawat dan kabel kecil yang berserakan. Sementara Vanya tertawa dan melenggang pergi menuju meja guru di depan kelas.

"Hey, kalian semua! Lihat gue!" teriaknya.

Hal itu berhasil membuat atensi beberapa murid kelas X MIPA 1 menjurus kepadanya. Sedangkan sisanya sibuk merapikan proyek sains yang akan dikumpulkan hari itu. Wajar saja, hari pertama pembelajaran dimulai. Banyak murid yang berkeinginan untuk menampilkan yang terbaik.

"Siapa lo? Baru dateng udah sok asik," cibir Audy dengan tatapan sinisnya.

Sontak beberapa murid tertawa setelah mendengar penuturan dari Audy. Namun Vanya tak tinggal diam. Gadis itu langsung tersenyum pongah ke arah Audy.

"Gue Arvanya Gevania. Gue ini anak pengacara terkenal dan penanggungjawab sekolah ternama. Bahkan sekolah ini pun gak akan jadi apa-apa tanpa ayah gue."

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang