20. Siapakah sang Pemenang?

62 12 7
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah lima hari melaksanakan dan menyaksikan beberapa kompetisi di Arizon, akhirnya datanglah hari yang ditunggu-tunggu; yaitu pengumuman juara pada setiap cabang kompetisi. Namun sayang, di hari yang menegangkan ini, Syasya malah harus terlambat dikarenakan jalanan begitu macet.

Bus yang Syasya naiki begitu lambat. Ia melirik arloji di tangan kiri yang menunjukan pukul 07.53. Sambil menyeka keringat yang memenuhi dahi, Syasya memutuskan untuk turun dan berlari dari pertigaan jalan menuju Arizon.

'Aduh, Sya. Bisa jadi masalah kalau sampai telat. Ayo semangat, dikit lagi sampai gerbang!' serunya dalam hati.

Akhirnya gadis itu sampai di depan gerbang SMA Arizon. Namun, gerbang itu sudah ditutup. Syasya mengguncang-guncang gerbang sambil berteriak memanggil security.

"Pak, izinin saya masuk. Boleh ya," lirihnya memohon.

"Gak bisa, Neng. Ini udah telat 5 menit."

"Cuma 5 menit doang, Pak. Saya kejebak macet tadi, tolong bukain gerbangnya," lirih Syasya.

"Maaf, ini udah peraturan sekolah. Silakan pulang lagi saja."

"Ya udah, Pak. Saya permisi," pamit Syasya, hendak meninggalkan bangunan sekolah.

"Eh Neng, tunggu!" teriak security tadi. Syasya pun menoleh.

"Neng ini peserta kompetisi dari SMA lain, ya?" tanyanya. Syasya pun mengangguk.

"Oh, bilang dong. Kirain murid SMA ini."

Syasya melongo.

"Silakan masuk. Maaf ya," tuturnya sambil membukakan pintu gerbang.

"Makasih, Pak." Syasya tersenyum.

Gadis itu mengeratkan pegangan pada tali ransel yang ia kenakan sambil terus berlari menuju lapang utama Arizon. Gema pengumuman juara kompetisi cabang olahraga semakin jelas terdengar, Syasya mempercepat langkahnya.

Bruk!

Di tengah pelariannya, Syasya malah menabrak seorang pria bertubuh tinggi tegap dan berjas hitam rapi. Kira-kira umurnya sebaya dengan Rendra. Syasya mendongak dan memasang wajah bersalah. Pria itu pun menatap Syasya kesal. Semua dokumen yang tadi ia pegang kini jatuh berserakan karena kecerobohan Syasya.

'Kenapa anak ini gak asing di penglihatanku?' gumamnya dalam hati.

"Aduh, ma-maaf, Pak. Saya gak sengaja. Biar Saya bantu," ujar Syasya sembari memberikan dokumen yang telah ia rapikan.

"Lain kali kalau di tempat ramai jangan lari-lari!"

"Sekali lagi maaf, Pak." Syasya tertunduk dalam.

"Ya sudah. Saya ada urusan," pungkas pria itu sambil melenggang pergi.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang