45. Drop

91 14 31
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tak terasa tiga minggu sudah berlalu. Hari ini merupakan jadwal Syasya kemoterapi. Ia ditemani oleh Rendra, karena sore nanti Rendra dan Ivana akan mengurus bisnisnya di Pontianak lagi. Maka, untuk kemoterapi berikutnya Syasya harus berangkat sendiri. Tentunya Syasya tidak mau ditinggal, tetapi bisnis harus tetap berjalan.

Setidaknya Syasya merasa sedikit lega sekarang. Karena saran dari Atha, ia tidak menyimpan rahasia besar lagi. Ivana dan Rendra sudah tahu jika Syasya harus kemo, jadi Syasya bisa lebih terbuka. Tidak menanggung beban dan rasa takut itu sendirian.

"Ayo masuk, Sya." Dokter Hana tersenyum ramah.

Syasya melambaikan tangan kepada Rendra, lalu masuk ke dalam ruangan. Belum juga dimulai, Syasya sudah merinding. Semua jarum dan obat-obatan itu terlihat seperti monster yang menakutkan baginya. Apalagi jika mengingat rasa sakit ketika jarum itu masuk dan menusuk ke pembuluh darah Syasya, rasanya ia ingin berlari sekarang juga.

"Kemoterapi pertama efek sampingnya gak serius kan, Sya?" tanya dokter Fandy.

Syasya hanya menggeleng.

"Untuk hari ini kita tidak pakai metode injeksi seperti kemarin. Jadi kamu baring aja, soalnya kita mau kasih obatnya lewat infus," ujar dokter Fandy.

Syasya pun dituntun untuk berbaring di kasur pasien. Selepas itu, dokter Hana memberi cairan anestesi untuk memudahkan jarum infus menusuk ke lengan Syasya. Setelah dirasa menemukan pembuluh vena-nya, jarum tersebut dikeluarkan lalu menyisakan selang infus di dalamnya. Cukup memilukan.


"Sekarang kamu rileks ya. Ada beberapa obat yang akan menimbulkan sedikit sakit pas masuk ke tubuh."

Syasya menegak ludahnya susah payah. "Iya, dok."


Detak dan detik berlalu. Beberapa obat sudah masuk lalu diganti lagi dan seterusnya. Tindakan ini cukup membuat Syasya lemas. Masalahnya, semua energinya seperti terkuras sekarang. Ditambah lagi, obat itu langsung berefek samping. Entah sudah berapa kali Syasya muntah.

Dokter Hana dan dokter Fandy tidak diam, mereka berusaha untuk menguatkan Syasya sekaligus mengurangi dosis obat supaya kemoterapi hari ini tetap berjalan lancar.

"Sabar ya, sebentar lagi beres kok," hibur dokter Fandy.

Syasya mengangguk pasrah. Akhirnya proses kemoterapi pun selesai. Namun penderitaan Syasya belum berakhir. Sekarang saatnya untuk kembali BMP.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang