39. Terkuaknya Rahasia

37 10 17
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Permisi, sus. Bolehkah saya bertemu dengan pengurus CCTV rumah sakit ini?" tanya Atha pada seorang perawat.

"Boleh, Dek. Ruangannya di sebelah sana, ya. Coba diketuk aja." Perawat itu menunjuk ke arah ruangan kecil di samping lorong ruang tunggu.

"Baik, terima kasih." Atha pun melangkah menuju ruangan yang disebutkan tadi sembari menarik nafasnya pelan. Setelah dirasa cukup tenang, Atha mulai mengetuk pintu dan mengucap salam.

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan menampilkan seorang pria yang menunjukan raut heran. "Maaf, ada perlu apa ya?" tanyanya sambil memandang Atha.

"Saya mau lihat rekaman CCTV hari Minggu pekan kemarin, kira-kira pukul 2 siang. Apakah boleh?" pinta Atha.

"Oh begitu, boleh. Silakan masuk, Dek."

Atha merasa sedikit lega. Ternyata tidak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. Pria itu membuka file di komputernya lalu menunjukan beberapa rekaman kepada Atha.

"Ini yang saya dapat, kalau boleh tahu Adek mau lihat rekaman di ruangan mana?" tanyanya.

"Saya mau lihat rekaman di Ruang Tulip 1 VVIP, tapi sebelumnya apa boleh saya lihat rekaman yang ada di lorong itu?" Atha mengulas senyum.

"Sebentar." Pria itu pun memutar rekamannya.

Mengejutkan, semua nampak biasa saja. Hanya Panca yang berbicara dan Syasya yang diam. Atha tak menemukan hal aneh di sana. Atha pun meminta pria itu untuk melanjutkan rekamannya. Namun, tiba-tiba di rekaman itu Vanya terlihat datang dan menarik lengan Syasya.

"Tunggu, Pak! Bisa ulang yang tadi sedikit?"

Pria itu pun menurutinya. Atha mulai mengerti sekarang. Mungkin Syasya memang benar-benar dijebak. Namun bukti masih belum cukup, apalagi CCTV itu hanya memuat aksi, bukan suara.

"Sekarang bolehkah saya melihat rekaman CCTV di Ruang Tulip 1 VVIP, Pak?"

"Boleh. Sebentar, ya."

Tak ada yang aneh dengan hasil rekaman itu. Semua yang Atha lihat memang yang terjadi di kala itu. Kondisi Elzan yang memburuk setelah Syasya masuk ke ruangan.

'Apa yang salah? Itu bener, Kak Syasya yang lakuin,' batin Atha.

"Gimana, Dek? Rekaman pukul 2 siang hanya ini–" Suara berat pria itu sempat terjeda. "Atau mau lihat beberapa jam sebelumnya?" tawarnya.

Atha mengangguk antusias. "Boleh, Pak."

"Sebentar saya coba akses dulu."

Tak lama kemudian, pria itu kembali menunjukan rekaman di monitornya. Atha menyimaknya dengan seksama. Di sana terlihat bahwa sebelumnya Elzan baik-baik saja. Bahkan sedang bersama Atha. Namun saat Atha pergi, tiba-tiba Vanya datang ke ruangan lalu mencabut selang oksigen milik Elzan. Di situlah Atha sangat terkejut.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang