49. Ini Tentang Perasaan

39 11 24
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Syasya melangkahkan kakinya ke dalam bangunan Graha Mulya. Sekolah yang selama ini membersamainya dalam luka. Gadis itu merasa sedikit waspada jika Vanya tiba-tiba merundunginya. Dengan yakin ia melangkahkan kakinya melewati lapang utama.

Beberapa murid berlarian menuju kerumunan siswi di tengah lapang. Syasya yang merasa heran langsung saja mengikuti langkah mereka. Betapa terkejutnya Syasya ketika melihat siapa yang sedang dikerumuni tersebut.

"Dasar lo tukang fitnah!" celetuk seorang siswi sembari menarik Vanya dengan kuat.

"Mana ngaku-ngaku lagi! Gak tau malu!" cibir satunya sembari menatap nyalang.

"Dasar lo si anak pungut!"

"Lo itu cuma sampah yang buat cemar sekolah tau!"

"Lo gak punya kaca ya di rumah? Ngaca hey, ngaca!"

Syasya membelalakan matanya ketika melihat sekumpulan siswi itu melempari Vanya dengan sampah yang ada di sekolah.

"Lihat! Bahkan lo lebih pantes jadi tempat sampah!" teriak seseorang.

'Ini bukan mimpi? Semua perkataan buruk itu bukan buat aku? Tapi ada apa sama Vanya?'

Vanya hanya bisa terdiam sembari menutupi wajahnya. Rambutnya berantakan, seragamnya kotor, bahkan sepatunya hilang sebelah. Gelak tawa saling bersahutan. Melihat sang perundung kini menjadi korban perundungan.

"Angkat wajah lo, pecundang!" teriak seorang siswi yang memiliki rambut ikal.

"Jadi lebih baik kita panggil si sampah ini apa, guys?" pancing sesorang.

"Biar gue yang bisikin. Lo itu S-A-M-P-A-H, ngerti?!"

"Buat lo si tukang cari muka." Seseorang melempar botol bekas minuman ke tubuh Vanya.

"Kalo ini buat si tukang adu domba."

"Ini buat si gak tau malu."

Syasya berkali-kali menegak salivanya susah payah. Baru kali ini ia melihat seorang Vanya membeku di tempat. Menunduk dalam tanpa sepatah kata apalun yang keluar. Apa begitu juga keadaan di saat Syasya sedang dirundungi oleh Vanya? Kebanyakan murid di sana malah tertawa senang dan menikmatinya. Kejam.

Suasana semakin memburuk. Banyak siswi yang mulai berani bertindak lebih kepada Vanya. Syasya langsung mencegah tangan seorang siswi yang hendak memukul Vanya. Lantas semua orang beralih menatap gadis itu.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang