47. Langit Abu-Abu

47 14 28
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gerimis menyapa ibu kota pada tengah hari. Rintiknya serupa degupan cinta pertama yang menemukan debarnya. Tidak riuh, tapi selalu menimbulkan gaduh. Atha  mengendarai motornya melewati Taman Violina. Di sanalah kali pertama ia bertemu dengan Syasya. Seorang perempuan dengan mata hazelnya yang menawan.

Setangkai mawar yang sedang mekar, tumbuh di benak Atha. Lelaki berkisah rumit yang  jatuh cinta pada gadis bermata indah. Mawar itu selalu bertumbuh tinggi. Tak kunjung layu dan mati. Ia tersimpan rapi di sela-sela tempias yang berjatuhan. Terjun riang dari sayap langit abu-abu. Menjelma menjadi sesuatu yang sedikit gelap bernama memori.

Coba dengarkan rintik hujan yang turun dari langit sendu. Lihat di sana, adakah seberkas sinar yang menyapa? Lantas harus bagaimana Atha menyembunyikan rasa risaunya? Sungguh, kini Atha berada dalam kondisi sulit. Rasanya tak ingin mundur. Namun tak kuasa jua untuk melaju.

Tentang Syasya, si Gadis Arunika yang kini sedang berperang melawan rasa sakitnya. Atha sangat merindukan senyum kekasihnya itu. Senyum yang berhasil membius hati Atha walau telah membiru. Lalu sekarang Atha harus bagaimana? Ia tak bisa menampik jika Syasya sudah dianggap seperti dunianya.

Akhirnya Atha sampai di depan Adhikari Hospital setelah melalui perjalan dengan segala kenangannya. Bergegas Atha mencari tempat di mana Syasya menjalani rawat inap. Ia pun meminta bantuan kepada seorang perawat yang berpapasan dengannya. Perawat itu pun membawa Atha ke Ruang Seruni 1 di lantai dua.

Di sana Atha melihat dengan jelas kekasihnya yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat. Rendra dan Ivana pun menyambut kedatangan Atha dengan hangat. Mereka berdua pergi setelah menyuruh Atha duduk di kursi yang terletak di samping Syasya. Lelaki itu menatap keindahan Tuhan yang tak bisa diungkap oleh kata. Syasya begitu cantik meski sedang memejamkan mata.

Atha meraih jemari lentik milik Syasya yang terpasangi selang infus lalu mendekatkan pada pipi miliknya. Lelaki itu tak kuasa membendung rasa sedihnya ketika melihat kondisi Syasya. Setitik air mata pun menetes dari netra Atha. Hal itu membuat Syasya mengerjap perlahan. Gadis itu terkejut saat mendapati Atha sedang menangis di hadapannya.

"Tha?" lirih Syasya.

Lelaki pemilik nama itu pun tersenyum namun dengan air mata yang tak berhenti jatuh. Syasya membelai pelan pipi Atha guna menghapus air mata di wajah lelaki itu. Syasya menggelengkan kepalanya pelan seraya berucap lemah, "Jangan nangis, Tha."

Bukannya menuruti ucapan gadis itu, Atha malah menatap Syasya dengan linangan embun di sudut netra. "Sakit banget, ya?" tanyanya parau.

Syasya menunjukkan deretan giginya. "Sekarang enggak, kan ada kamu."


Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang