52. Sebuah Pertanda

85 11 10
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dua bulan sudah berlalu, Syasya masih mengalami masa koma di ruang ICU. Bahkan sekarang tubuhnya sudah dipenuhi berbagai macam alat penunjang hidup. Sudah tentu Syasya masih membutuhkan nutrisi, karena itulah ia dipasangi alat dari hidung yang menuju pada lambungnya. Belum juga ventilator dan kateter adalah hal yang wajib ada. Sungguh memilukan.

Hingga detik ini pun Syasya belum menunjukan tanda-tanda akan siuman. Ia seperti putri tidur. Sebegitu lelahnya kah pada dunia? Rendra bahkan sudah berusaha untuk mengikhlaskan jika putrinya harus pergi. Ia sangat prihatin melihat kondisi Syasya yang berjuang melawan rasa sakit hingga saat ini. Namun Ivana tetap bersikukuh untuk menunggu kesadaran putrinya. Ia yakin, suatu saat Syasya akan bangun dan kembali tersenyum kepada mereka.

Ketidakhadiran Syasya di sekolah setelah UNBK hari itu tentu menghadirkan banyak tanya. Apalagi mereka dibuat heboh oleh berita yang memberi kabar perihal Syasya. Pihak keluarga Syasya sangatlah tidak ingin jika mereka menyebarkan kabar putrinya secara sembarangan. Namun percuma, berita itu sudah tersebar luas di seluruh sekolah bahkan di seluruh kota.

Atha selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Syasya ke rumah sakit. Kali ini pun ia sedang di perjalanan menuju ke sana. Atha kembali pergi dengan perasaan yang sudah hampir rusak parah. Jam tidurnya berantakan. Waktu makannya tak beraturan. Penat, letih, dan hampa dalam masa yang bersamaan.

Netra Atha nyaris membulat ketika melihat sesuatu yang berada di depannya kini. Sekumpulan orang sedang memasangkan karangan bunga di sekitar rumah sakit. Jelas di sana bertuliskan 'Get well soon, Assiane Syaindra Aletta'.

Atha kembali melirik sesuatu yang berada di pinggirnya. Dua buah papan berukuran 2×3 meter itu sengaja dipampang untuk mereka memasangkan stick notes yang berisikan semua kalimat untuk Syasya. Semua orang di sana kebanyakan adalah murid dari SMA Graha Mulya. Sedangkan sisanya adalah orang yang bersimpati kepada Syasya.

Lelaki itu tersenyum patah. 'Lihat, sayang. Apa mereka sekarang beneran peduli sama kamu?' batinnya.

Banyak kalimat tertulis. Berisi ribuan maaf atas segala kesalahan. Di setiap baitnya berisi ratusan curahan penyesalan. Lihatlah wajah mereka yang mencerminkan ribuan rasa takut kehilangan itu. Jika Atha boleh berkata, kemana saja mereka selama ini? Mengapa setelah Syasya tak bisa merasakan apa-apa semuanya justru ada dan bersimpati?

Semakin lama, semakin banyak orang yang berdatangan. Masing-masing dari mereka membawa selembaran stick notes, setangkai mawar, bahkan benda yang lain. Sebagian datang dengan raut sendu. Sedangkan sebagian lagi memilih untuk menahan tangis di tempat yang lebih jauh dari kerumunan.

Atha menyusuri pandangannya. Di sana terdapat beberapa teman Syasya yang pernah ia lihat. Salah satunya Iren. Wanita itu kini sedang menangis sembari berkata bahwa Syasya adalah gadis yang baik. Atha hanya mencebik, melihat semua orang-orang itu dengan sinis. Tentu bukan ini yang Syasya mau. Sudah sangat terlambat untuk bersimpati kepada Syasya setelah ribuan sakit dirasakan di sekolahnya.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang