25. Sisi Berbeda

50 12 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

'Atha? Udah aku duga!' batin Syasya.

"Anak ini maunya apa sih? Gak ngerti banget dibilangin jangan ganggu, masih aja ganggu! Kamu juga, ngapain nyimpen nomor anak gak jelas kayak dia?!" bentak Rendra.

"Kan Papa yang bilang, kita bebas temenan sama siapa aja," bela Syasya.

"Ya tapi jangan yang ngebahayain kamu, Sya!"

"Atha gak pernah macem-macem, Pa."

"Terus kenapa berani ajak kamu main sampe pulang malem kayak tempo hari, hah?!" gertak Rendra.

"Kan aku yang mau, Pa. Lagipula awalnya kita gak niat pulang kemaleman, tapi malah ada insiden di sana," cicit Syasya.

"Papa gak mau denger alesan apapun. Pokoknya Papa gak mau kamu deket-deket lagi sama dia. Begitu juga sebaliknya!" tekan Rendra.

"T-tapi, Pa–"

"Gak ada penolakan!" tampik Rendra. Syasya hanya menekuk wajah.

"Mulai saat ini ponsel kamu Papa yang pegang." Rendra pun berlalu.

"Lho kok gitu, Pa? Syasya gak mau! Kembaliin, Pa!" protes Syasya sambil menarik tangan Rendra.

"Gak bisa!" ketus pria itu.

"Please, Pa. Nanti kalau ada info tentang sekolah gimana?" lirih Syasya memohon.

"Nanti Papa yang kasih tau."

"Ayolah, Pa. Kembaliin ya," pinta gadis itu lagi.

"Sekali enggak tetep enggak, Assiane!" seru Rendra.

Syasya langsung bungkam. Sebenarnya ia merasa takut jika Rendra sudah memanggil nama depannya, itu berarti Rendra sangat marah. Biarkan saja ponselnya diambil Rendra. Toh, tak ada apapun di sana. Syasya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan istirahat daripada harus memikirkan hal itu.

"Jadi ribet gini, Tha. Gara-gara kamu Papa jadi possesif," gerutu Syasya sambil membaringkan tubuhnya.

Di sisi lain Atha nampak cemas. Kepalanya selalu saja memikirkan Syasya. Dari semalam Syasya tidak ada kabar. Oleh karenanya Atha memutuskan untuk pergi ke rumah Syasya. Tapi rumah Syasya kosong saat ia ke sana. Alhasil Atha menelepon Syasya ketika hari sudah agak siang. Namun yang mengangkat malah Rendra, membuat Atha semakin bingung sekarang.

"Kakak sekarang lagi apa ya? Apa kakak baik-baik aja?" gumam Atha dengan netra yang mengawang.

"Tha?" panggil Elzan. Anak lelaki itu pun menoleh kepada ayahnya.

"Mau temenin Ayah, gak?" tanya Elzan.

"Kemana?"

"Ke toko alat musik. Kamu pengen gitar, kan?"

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang