38. Bully

27 9 20
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Syasya berdiri di tengah lapang dengan semangat yang bergelora. Namun melihat Syasya datang, semua siswa dan siswi SMA Graha Mulya tiba-tiba beralih menatapnya. Desas-desis tak jelas dari mereka mulai terdengar. Sambil menarik nafas panjang Syasya mulai melangkah menuju aula. Namun tiba-tiba ...

"Pembuat onar! Lo masih sekolah di sini?" cibir Vanya, sontak membuat Syasya menoleh.

Gadis itu hanya menatap malas lalu memutuskan untuk berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan ucapan Vanya. Tapi tetap saja, Syasya kembali dibully di sepanjang jalannya.

"Muka tembok lu beli dimana sih, Sya?" celoteh Audy menimpali.

"Gak tau malu emang, udah ngebuat orang lain celaka!"

"Pembunuhan gagal ini. Pasti batinnya gak puas!"

"Pantesan aja deketin anaknya, ternyata punya niat busuk!"

"Jijik!"

Semua orang mencibir Syasya dari mulai teman seangkatan hingga adik kelasnya. Mereka menatap Syasya seolah gadis itu adalah sampah yang harus segera dilenyapkan.

'Kenapa tiba-tiba semua orang sinis sama aku? Ada apa sebenernya?' batin Syasya.

Vanya and the geng mengikuti Syasya dari belakang. Tiba-tiba tangan Syasya dicekal saat sampai di koridor. Vanya hanya menyunggingkan senyum miringnya sambil berbisik kepada Syasya. "Selamat datang di dunia baru, cupu. Pokoknya gue pengen lo bener-bener lenyap dari pandangan gue," ancamnya.

Syasya menelan salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba Vanya menunjukan sebuah foto yang menunjukan ketika Syasya sedang berada di ruang rawat Elzan tempo hari. Emosi Syasya naik ketika melihat di foto itu tertulis, 'Si Cupu Berhasil Membuat Penanggungjawab Arizon Koma.'

"Maksud kamu apa sih, Van? Siniin!" bentak Syasya.

"Eits, gak boleh! Kalau lo mau foto ini gak disebar, lo harus pergi jauh-jauh dari kehidupan keluarga gue!" hardik Vanya.

"Siniin Vanya! Kamu gak bisa seenaknya gini dong! Dasar tukang fitnah!"

"Ck ck ck, cupu cupu. Mau kapan lo nyerah, hm?" cibir Vanya.

"Aku gak akan pernah nyerah selagi aku gak salah!" sahut Syasya.

Vanya hanya mengulum senyum. Lalu memasangakan double tape di setiap sudut foto tersebut.

"Tempel di sana, Bi!" titah Vanya pada Bianca.

Dengan cepat Syasya meraih foto itu dan menatap Bianca dengan sengit.

"Kembaliin, cupu!" teriak Bianca.

"Gak akan!" ketus Syasya.

"Ck, ngerepotin banget sih lo! Siniin gak?!" bentak Bianca sambil berusaha menarik tangan Syasya.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang