Chapter XIII : Feel

169 9 2
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

"Tolong satu kamar dengan bed king size."

Resepsionis mencatat permintaan wanita dihadapannya sebelum memberikan kunci kamar yang diinginkan oleh wanita itu.

"Selamat beristirahat."

Rivana Jovanka menggandeng lengan kekasihnya, Pandu Arvidantama masuk ke dalam lift dan menekan tombol lift. Sedangkan Pandu memandang Riva dengan pandangan keraguan.

"Kamu yakin?"

"Iya."

Hari ini, Pandu melamarnya makan malam di restauran yang ada di sebuah hotel bintang lima. Riva tentu saja terharu dengan lamaran yang diberikan kekasihnya.

Hanya saja, ia harus menolak lamaran Pandu karena ketidaksiapan hatinya.

"Riva, kamu tidak harus melakukan hal ini."

Riva tidak mempedulikan perkataan kekasihnya. Ia segera membuka pintu kamar hotel dan menyerang Pandu dengan ciuman yang ganas. Tentu saja, ini ciuman pertama Riva.

"Kamu tidak harus melakukan hal ini." Pandu menatap Riva.

"Kenapa? Kamu tidak suka?"

Pandu adalah pria metroseksual, tentu saja, ini bukanlah ciuman pertamanya. Tetapi, jika urusan ranjang, ini adalah hal yang baru untuknya.

Riva tidak mempedulikan kebisuan Pandu. Ia segera berlutut dan membuka celana Pandu, ia memandang 'adik kecil' Pandu yang masih tertidur.

Meneguk ludahnya, ini pertama kalinya ia melihat kejantanan seorang pria. Riva merasakan sesuatu mengalir dari bagian bawahnya. Tubuhnya terasa panas.

Memberanikan dirinya, Riva memasukan milik Pandu ke dalam mulutnya, sembari sesekali ia mengurut milik Pandu dengan tangannya. Besar, keras dan panas. Riva menikmati mengulum milik Pandu.

Sedangkan Pandu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah. Ini pertama kalinya, ia melakukan oral seks.

"Sial.. oghhh.. Riva.."

Otaknya sudah tidak bisa berfikir jernih. Pandu memaju-mundurkan pinggulnya sembari memegang kepala milik Riva. Ini benar-benar sangat nikmat.

"Akkhhh!!"

Pandu membenamkan miliknya jauh ke dalam mulut Riva sebelum memuntahkan cairannya. Sedangkan Riva mencoba menelan seluruh cairan milik Pandu. .

Pandu mengeluarkan cairannya terlalu banyak dan tidak bisa semuanya ia telan. Bahkan, beberapa cairan Pandu menetes dari mulutnya.

"Riva, kita hentikan saja." Pandu mengusap wajahnya.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang