Chapter III : a Bossy Girl

618 17 8
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Warning content 21+

Selamat membaca!

CATATAN PENTING! KHUSUS CHAP INI UNTUK USIA 18+ DAN HARAP DIBUKA SETELAH BERBUKA PUASA!

"Ah! Kesal!"

Vita yang sedang melihat hasil GDT* miliknya di mikroskop terkejut mendengar teriakan Riva. Mereka sedang shift malam dan untungnya hanya ada mereka di laboratorium. Jika dokter Patologi Klinik mereka tahu, bisa-bisa Riva kena teguran.

"Astaga! Kau membuatku terkejut." Vita kembali melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan Riva uring-uringan seorang diri.

Riva merasakan kepalanya sakit, sudah hampir sebulan dia tidak bertemu dengan Pandu dan hanya bisa telepon atau makan malam bersama, itu juga jika Pandu tidak sibuk.

Kekasihnya juga sedang dalam masa sibuk sehingga sulit untuk dihubungi. Entah mengapa, hormonnya sedang memuncak dan dia menginginkan permainan ranjang Pandu yang ganas.

"Bertengkar dengan Pandu?" tanya Vita karena tidak tahan dengan omelan Riva.

"Begitulah."

Riva menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Dia beruntung memiliki teman yang tidak terlalu ingin tahu dengan urusannya sendiri dan juga tidak suka membocorkan masalah orang. Toh, dia juga tidak peduli dengan apa yang bukan urusannya.

Mencubit pipinya, Riva memandang pekerjaan yang ada dihadapannya. Sekarang dia hanya perlu fokus pada pekerjaannya dan setelah ini dia bisa mengistirahatkan kepalanya.

***

"Kau gila, ini masih jam tujuh dan aku bahkan baru saja bangun."

"Bukankah itu bagus, nona pemalas. Aku membangunkanmu." Riva meletakan earphone di telinganya dan tersenyum kepada beberapa orang yang lewat.

"Dasar kurang kerjaan." Riva tidak bisa menahan senyum gelinya ketika mendengar omelan dari Gayatri.

"Aku sedang dalam perjalanan pulang dan aku rasa aku akan merasa sepi," ucap Riva.

"Aku rasa bukan hanya itu yang ingin kamu bicarakan."

Riva tersenyum. Bertahun-tahun dia mengenal Gayatri, sepertinya dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Gayatri.

"Aku merindukan Pandu."

"Apanya yang susah? Tinggal bertemu saja, beres!"

"Orang tuaku ada di rumah. Dan kamu tahu kan.. yah.. hubunganku dengan Pandu." Riva mengendarai mobilnya.

"Sudah aku katakan, hubunganmu dan Pandu sama sekali tidak sehat." Gayatri gemas dengan tingkah sahabatnya yang sama sekali tidak peka itu. "Saat Pandu mengajakmu menikah, kamu menolaknya mentah-mentah."

"Yah, itu karena-"

"Ah, sudah! Aku mau mandi dan bekerja!"

Pip!

Riva merasa kesal karena Gayatri menutup teleponnya begitu saja. Melemparkan ponselnya ke kursi di sampingnya, Riva memandang jalanan Surabaya yang macet merayap.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang