Chapter VIII : Again

261 7 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

"Riva?"

Pandu bisa melihat mata milik kekasihnya memerah dan menahan tangis. Dia bisa menebak jika sesuatu terjadi diantara Catherine dan kekasihnya.

Arjuna sendiri tidak kalah terkejutnya. Dia benar-benar tidak menyangka jika Riva akan ada disini dengan ekspresi shock dan menahan tangis.

"Riva-"

"Aku harus permisi." Riva segera bangkit dan berjalan keluar.

Refleks, tanpa pikir panjang Pandu segera mengejar kekasihnya. Catherine merasa kecewa. Sepertinya dia tidak bisa membuat wanita itu paham dengan sekejap.

"Catherine, kita perlu bicara."

Catherine merasa bulu kuduknya berdiri. Ekspresi Arjuna berubah menjadi menyeramkan. Dia merasa seperti nyawanya akan hilang saat ini juga.

...

"Riva, tunggu dulu." Pandu memegang tangan kekasihnya.

"Lepaskan aku." Riva mencoba melepaskan tangannya. Dadanya terasa sangat sesak, dia bahkan tidak bisa memandang Pandu saat ini.

"Aku bisa jelaskan. Aku memang tidak mengerti apa yang Catherine katakan padamu."

"Aku sudah curiga sedari awal saat bertemu dengan Catherine di mall." Riva menundukan kepalanya. Dadanya terasa ingin pecah. "Aku tidak menyangka jika kamu akan tidur dengan pelacur sepertinya."

"Sial." Pandu mengusap rambutnya dan membuat Riva mengangkat kepalanya. "Aku memang bercumbu dengannya, tetapi aku tidak tidur dengannya."

"Biarkan aku sendiri."

Melepaskan genggaman tangannya pada kekasihnya, Pandu membiarkan Riva pergi. Darahnya seketika mendidih dan dia segera menuju bangsal tempat Catherine di rawat.

Dengan emosi yang meluap, Pandu membuka pintu ruangan dengan kasar. Dia bahkan tidak bisa menahan emosinya.

"Kau jalang!" Pandu berjalan mendekati Catherine. "Apa yang kamu katakan pada Riva?!"

"Aku hanya mengatakan untuk meninggalkanmu."

"Jalang gila-!" Pandu hampir saja memukul Catherine jika tidak ditahan oleh Arjuna.

"Jangan lakukan itu." Arjuna memandang Pandu. "Disini rumah sakit. Jaga sikapmu."

"Kau yang bertanggung jawab." Pandu menatap Arjuna sebelum memandang Catherine dengan emosinya yang membara. "Terserah mau kau apakan jalang sialan ini. Tetapi, aku tidak mau berurusan lagi dengannya. Berikan cek atau apapun yang dia mau."

Meninggalkan kamar tempat Catherine di rawat, telinganya bahkan bisa mendengar teriakan histeris Catherine.

"Pandu! Aku hanya ingin dirimu! Pandu!"

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang