Chapter XV : Arjuna

130 7 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!


"Aku lelah." Riva meregangkan tangannya mencoba melemaskan otot-otot miliknya. Dia ingin segera pulang dan tidur.

Mengambil tasnya, Riva baru ingat jika ia tidak bisa pulang ke rumahnya. Dia masih harus tinggal di apartemen milik Arjuna dan menyembunyikan dirinya dari Pandu.

Rasanya melelahkan harus bermain kucing-kucingan seperti ini. Dia bahkan tidak tahu, bagaimana kelanjutan hubungan antara dirinya dan Pandu.

Keluar dari laboratorium, Riva bisa memandang Arjuna yang sedang duduk mengobrol bersama Divan di kursi tunggu. Bahkan, Arjuna pun tidak melepaskannya barang sedikitpun.

"Oh, dia sudah keluar."

Riva membenahi tasnya sebelum tersenyum. Hubungannya dan Arjuna sedikit canggung akibat Arjuna yang mengungkapkan perasaan pria itu kepadanya. Mungkin, jika Arjuna tidak mengatakan tentang perasaannya kepadanya, hubungan mereka tidak akan secanggung ini.

"Sudah selesai?" Arjuna bangkit dari duduknya dan menghampirinya.

"Ya." Riva menganggukan kepalanya sebelum memandang Divan. "Kenapa kamu masih disini?"

"Aku mau pulang." Divan tersenyum manis. "Tetapi, pria disana memintaku untuk menemaninya."

"Kalau begitu cepatlah pulang. Ini sudah cukup malam." Riva memandang jam di tangannya. "Kakak sudah makan malam? Kalau belum, kita bisa mengajak Divan-"

"Ini sudah malam, ayo kita pulang." Arjuna memotong perkataan Riva dan menarik tangan wanita itu.

Sedangkan Divan tertawa kecil melihat tingkah Arjuna yang bagaikan remaja yang sedang kasmaran itu. Arjuna tidak pernah terlibat hubungan asmara secara intens dengan wanita manapun. Bahkan, Arjuna tidak bisa bertahan lama  dalam sebuah hubungan.

Tetapi, melihat bagaimana Arjuna sangat peduli dan menunjukkan perasaan yang sebenarnya kepada Riva, membuatnya terlihat miris dan menyedihkan. Dia tahu, hati milik Riva akan selalu menjadi milik Pandu dan sulit bagi Arjuna untuk memiliki Riva seutuhnya.

Yah, apapun itu. Dia hanya berharap yang terbaik untuk keduanya.

...

"Kakak mau makan malam apa?" Riva mengenakkan sabuk pengamannya. "Mau aku buatkan makan malam atau kita akan makan diluar?"

Arjuna menatap wanita yang telah menawan hatinya itu. Dia memegang tangan Riva dan memandang tangan itu dengan seksama.

"Aku ingin merasakan masakan mu lagi, tetapi aku takut tangan ini terluka dan rasanya tidak pantas kekasih sahabatku memasakkan makanan untukku."

"Apa kakak mengatakan hal yang sama kepada setiap wanita yang kakak kencani?"

Arjuna terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Riva secara langsung. Dia memang terkenal casanova sejak duduk di bangku perkuliahan.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang