Chapter XXI

182 7 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

Rivana Jovanka menatap rumah megah di hadapannya. Riva tahu, jika Pandu berasal dari keluarga yang berada. Di lihat dari karir dan perusahaan yang di miliki Bisma Arvindatama sebagai seorang pebisnis ulung, sudah bisa di tebak jika Pandu berasal dari keluarga yang berada.

Memastikan penampilannya rapi, Riva memberanikan diri untuk menekan bel yang ada di dinding rumah.

Menjalin hubungan selama lima tahun bersama dengan Pandu tidak membuat Riva cukup percaya diri untuk bertemu dengan Bisma secara pribadi. Meski ia kerap bertemu dengan Bisma dan berbincang banyak hal, tetapi ini pertama kalinya ayah dari Pandu mengundangnya bertemu secara pribadi.

Pintu di hadapannya terbuka. Bisma muncul dengan T-shirt berwarna hitam dan celana jeans. Tetapi yang membuat Riva tidak mempercayai apa yang di lihatnya adalah Bisma mengenakan apron.

"Selamat siang, paman." Riva membungkukkan badannya sopan.

"Masuklah." Bisma menyeka keringat di dahinya. "Maafkan penampilan paman. Ah, sepertinya masakanku gosong. Ayo masuk dan ikutlah ke ruang makan."

Riva menganggukkan kepalanya dengan sopan dan mengikuti Bisma yang berjalan menuju ruang makan. Jika perasaanya bisa di deskripsikan, saat ini ia benar-benar gugup hingga hampir pingsan.

Menerima undangan yang di kirimkan Bisma saja sudah membuatnya gugup. Banyak pikiran tak menenti yang muncul di kepalanya saat ini. Riva mencoba menenangkan pikirannya sejenak.

"Non Riva, ya?"

Seorang wanita paruh baya menyambutnya. Riva tersenyum sebelum menganggukkan kepalanya dengan sopan.

"Silahkan duduk. Mau di buatkan minuman apa?"

Wanita paruh baya itu menunjuk salah satu kursi makan dan meminta Riva duduk di sana. Riva merasa sungkan ketika wanita itu menawarkannya minuman.

"Buatkan kopi susu saja, bi." Bisma muncul dengan panci di tangannya dan meletakannya di atas meja. "Riva menyukai itu."

Wanita paruh baya itu pamit dan Riva duduk di kursi makan dengan perasaan canggung. Jika melihat ekspresi Bisma hari ini, sepertinya akan ada hal baik yang terjadi. Tetapi, Riva merasa was-was jika Bisma menginginkannya berpisah dengan Pandu.

Jika hal itu terjadi, dia bisa setengah gila karenanya.

"Kamu sudah makan siang? Paman buatkan makan siang untukmu." Bisma melepas apronnya dan duduk di hadapan Riva.

Sup daging, bakwan jagung dan sambal. Menu makanan ini adalah menu makanan favorit Pandu dan kekasihnya selalu memasak ini jika sedang senggang. Sepertinya, menu makanan ini menjadi menu favorit di dalam keluarga Pandu.

"Makanlah yang banyak. Paman akan mengantarkanmu sebelum shift siangmu mulai." Bisma mengambil sepiring nasi dan menuangkan supnya.

Riva benar-benar tidak tahu harus merespon seperti apa. Dia hanya menganggukkan kepalanya saja dan tersenyum sopan ketika wanita paruh baya itu meletakkan secangkir kopi susu di hadapannya.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang