Chapter XVIII

125 4 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

Levi memandang pintu butiknya dengan pandangan curiga. Saat ini, seseorang sedang berdiri di depan pintu butiknya yang sudah gelap dan sebagai seorang wanita yang tinggal seorang diri, Levi harus berkali-kali lipat lebih waspada.

Mengambil gunting yang ada di meja, Levi menyembunyikannya di balik tangannya. Meski seseorang yang meneleponnya adalah orang yang dikenalnya, tetapi dia harus tetap waspada dan berhati-hati karena banyaknya modus kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Membuka pintu dengan tenang, Levi akan mengayunkan gunting yang di pegangnya sebelum menghentikannya. Di hadapannya, seseorang yang di kenalnya menatapnya dengan pandangan terkejut.

"Apa yang kamu lakukan?!"

"Kak Pandu!" Levi nyaris berteriak. "Kakak membuatku terkejut!"

"Aku sudah menghubungimu dan mengatakan jika ada di depan pintu."

Pandu Arvindantama merasa jika dia hampir saja mati karena tindakan Levi. Wanita itu hampir saja menusuknya dengan gunting jika saja dirinya tidak menghindar dengan cepat.

Menyingkirkan guntingnya, Levi mempersilahkan Pandu masuk ke dalam butiknya. Menghidupkan lampu, Levi membuka pintu kulkas dan mengambil minuman untuknya dan Pandu.

"Ini untuk kakak." Levi memberikan minuman kepada Pandu.

"Terima kasih." Pandu menerima minuman dari Levi. "Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepadamu."

"Tentang kak Riva?" Levi mendudukkan dirinya di samping Pandu. "Sebelum aku menjelaskan, aku ingin tahu apa yang terjadi antara kakak dan kak Riva."

Pandu menghela napas panjang sebelum menceritakan semuanya kepada Levi. Wajah Levi seketika berubah ketika mendengar nama Abel disebut.

"Ternyata dia biangnya."

Levi tentu saja mengenal Arabela Adipati Kanda atau yang sering disebut Abel. Karena Pandu, Arjuna dan Abel berteman sejak mereka masih kecil, membuat Levi mengenal Abel.

"Apa kakak tahu, jika kakakku sejak lama menyukai kak Riva?"

"Ini membuatku gila." Pandu meremas rambutnya. "Tetapi, aku tidak akan melepaskan Riva untuk Arjuna meski dia adalah sahabatku."

"Kak Riva baik-baik saja bersama kakakku dan tampaknya kak Juna memperhatikan kak Riva dengan baik." Levi menjelaskan. "Aku rasa, jika kak Riva memang untuk kakak, waktu akan mempertemukan kalian."

...

"Untukmu."

Riva menolehkan kepalanya dan memandang Arjuna yang masuk ke dalam mobil membawa dua es krim matcha yang sedang viral. Menerima es krim dari Arjuna, Riva melahapnya sembari memandang jalanan Surabaya.

Matanya melirik Arjuna yang duduk di sampingnya dengan santai. Di temani oleh radio yang mereka dengarkan, Riva memperhatikan Arjuna dengan seksama.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang