Chapter XIV : The Start

137 9 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

Riva membuat sandwich dengan cekatan dan tidak menyadari Arjuna sedang duduk di kursi makan sembari memperhatikannya. Mengusap keringat di dahinya, Riva memandang sandwich buatannya yang terlihat menggoda.

Lalu, ia tinggal membuat minuman untuk Arjuna. Ia tidak terlalu mengenal Arjuna dan tidak tahu minuman kesukaan Arjuna. Apakah Arjuna menyukai kopi hitam, capuccino, latte atau bahkan teh?

Perlukah ia menanyakannya kepada Arjuna.

"Aku suka kopi hitam."

Terkejut, Riva menolehkan kepalanya dan memandang Arjuna yang duduk dengan santai di kursi makan dan tersenyum manis. Sejak kapan Arjuna berada ruang makan?

"Sejak kapan kak Juna ada di situ?"

"Kamu terlalu asyik membuat sandwich hingga tidak menyadari keberadaan ku." Arjuna memandang Riva. "Jika kamu sedang bingung ingin membuat apa, aku suka kopi hitam dengan sedikit gula."

"Oh. Tunggu sebentar."

Riva dengan cekatan membuat kopi hitam yang di minta Arjuna dan meletakkannya di hadapan Arjuna bersama sandwich yang di buatnya. Riva sendiri, membuat capuccino dan sandwich untuknya.

Memandang masakan buatan Riva. Arjuna mengambil sandwichnya dan memakannya. Dia merasa ingin memukul Pandu saat ini juga. Pria itu benar-benar keterlaluan karena telah menelantarkan wanita sebaik Riva.

"Apa rasanya tidak enak?" Riva memandang Arjuna dengan pandangan bertanya.

"Lumayan." Arjuna mengunyah sandwich buatan Riva. "Aku merasa iri dengan Pandu. Mengapa kamu tidak menjadi istriku saja?"

"Uhuk! Uhuk, uhuk!"

Tersedak makanannya, Riva segera mengambil air mineral dan meneguknya hingga habis. Riva memandang Arjuna dan merasa jika ada yang salah dengan otak milik Arjuna.

Dia tahu jika Arjuna terkenal playboy dan dia tidak begitu menyukai Arjuna karena sifatnya itu. Tetapi, perkataan Arjuna keterlaluan.

Bagaimana bisa, Arjuna mengatakan hal semudah itu kepadanya? Dia adalah kekasih dari sahabatnya, meski kini hubungannya dan Pandu berada di ambang kehancuran.

"Bercanda kakak tidak lucu." Riva mengusap mulutnya.

"Aku tidak bercanda. Aku serius."

Hah?

...

Pandu merasa gusar dan nyaris gila. Memandang ponselnya, Pandu hampir saja membanting ponselnya dengan penuh emosi yang membara.

Ratusan pesan singkat dan telepon dia kirimkan kepada Riva. Tetapi, hasilnya nihil. Semua pesan bahkan telepon yang dia kirimkan di acuhkan begitu saja oleh Riva. Dia bersyukur karena Riva tidak memblokir nomornya.

Kemudian, dia teringat kepada sahabat dekatnya yang membawa Riva pergi malam itu. Arjuna.

Arjuna pun tidak mengangkat dan membalas telepon maupun pesan singkat yang dia kirimkan. Saat dia menghampiri apartemen milik Arjuna, apartemen milik sahabatnya kosong dan tak berpenghuni. Sepertinya, Riva maupun Arjuna tidak berada di apartemen pribadi milik Arjuna.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang