Chapter XXIV

37 4 1
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

Pesta ulang tahun Pandu Arvidantama dilaksanakan dengan sangat meriah. Pandu tidak melepaskan Riva sedikitpun, bahkan selalu menggandeng Riva dan memperkenalkannya sebagai calon istrinya.

Riva harus terus tersenyum dan mendampingi Pandu. Mungkin, jika ia menjadi istri Pandu secara sah, dia harus terus menemani dan mendampingi Pandu ke manapun pria itu bertemu dengan klien. Riva harus menjadi istri yang baik nantinya, dia merasa terbebani.

"Kak Riva!"

Nakula dan Sadewa segera menghampiri Riva dan memeluk wanita itu. Sedangkan Riva tersenyum sebelum mengelus rambut keduanya.

"Sudah mengucapkan selamat ulang tahun?" tanya Riva.

"Kami juga sudah meletakkan kado di sana." Nakula maupun Sadewa menunjuk tempat kado yang dijaga oleh dua orang wanita sebagai penjaga kado.

"Membicarakan tentang kado, di mana kadoku?" Pandu merangkul pinggang Riva.

"Ah.. itu.."

"Selamat ulang tahun, Pandu."

Sebuah suara yang begitu lembut terdengar. Arabela muncul dengan gaun hitam, rambutnya yang panjang digerai dengan ujung rambut yang dibuat ikal. Riva merasa rendah diri, melihat Arabela yang sangat cantik.

"Oh, aku dengar kamu berada di New York."

Pandu memeluk pinggang Riva dengan erat dan terus berbincang dengan Arabela. Pandu bahkan tidak melepaskannya barang sedikitpun meski sedang berbicara dengan Arabela. Sedangkan Riva merasa jengah dan ingin meminum sesuatu.

"Semoga kalian segera menikah dan memiliki momongan." Arabela tersenyum memandang Riva. "Aku tidak tahu permasalahan yang terjadi padamu, tetapi jangan terus menolak ajakan Pandu untuk menikah. Dia bahkan menolak wanita sepertiku."

Arabela tersenyum.

"Aku permisi."

"Apa maksudnya?" Riva memandang Pandu dengan tatapan kesal ketika Arabela berjalan menjauh. "Dia baru saja meledekku?"

"Jangan dipikirkan." Pandu mencium bibir kekasihnya. "Dia hanya cemburu karena aku memilihmu. Bukan begitu?"

Riva menghela napas panjang. Apa yang dikatakan Arabela benar. Dia harus menurunkan egonya dan memikirkan untuk menikah dengan Pandu. Pria itu tampan, mapan dan matang. Setiap wanita pasti mengincar Pandu dan meski dirinya selalu meminta Pandu untuk pergi, pria itu tetap berada di sisinya.

"Ehem.."

Bisma naik ke atas panggung dan memegang microphone. Riva tersenyum sembari memeluk lengan Pandu yang ada di sampingnya.

"Kalian semua pasti tahu siapa saya. Saya adalah Presiden direktur di tempat Pandu bekerja sekaligus ayah dari Pandu juga Nakula dan Sadewa." Bisma buka suara. "Pandu Arvidantama bukanlah seorang anak kecil lagi, dia adalah pria yang sangat dewasa tetapi rasanya baru kemarin saya dan mendiang istri saya, Kinanti menantikan kehadiran Pandu dan sangat bersyukur karena Pandu lahir ke dunia.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang