Always
Orific by Aomine Sakura
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.
DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!
Warning content 21+
Selamat membaca!
Malas. Malas sekali.
Pandu memandang kepala divisi yang sedang menjelaskan tentang pemasukan perusahaannya tanpa minat dan semangat. Ayahnya duduk di kursi dan memperhatikan dengan seksama.
Jarang sekali Surabaya di guyur hujan sedari pagi. Apalagi BMKG* mengumumkan prakiraan cuaca, hari ini hujan turun secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Selain mie instan disertai telur dan juga sawi. Menonton film tidak ada salahnya dilakukan saat ini. Dia bisa membayangkan apa yang dilakukan Riva di apartemen mereka hari ini. Wanitanya sedang libur dan dia harus menghadiri rapat menyebalkan ini.
Dia menjadi gelisah. Sangat gelisah. Rivana bagaikan candu untuknya.
Ada banyak hal yang bisa mereka lakukan di saat hujan seperti ini. Saling menghangatkan diri di ranjang atau melakukan seks seharian di atas ranjang pastilah sangat menyenangkan.
Dia ingin segera pulang dan menemui kekasihnya. Sial. Kapan rapat sialan ini berakhir?
"Baiklah, itu sedikit penjelasan saya."
Pandu memandang kertas dihadapannya dan berpura-pura membacanya. Seolah ia mendengarkan penjelasan bawahannya, padahal otaknya kini sedang memikirkan hal lain.
Sedangkan Bisma melirik putranya yang tampak gelisah. Sepertinya, ia tahu apa yang menjadi sumber permasalahan putranya.
...
"Menyebalkan."
Ratih mengetuk pintu atasannya sebelum melangkahkan kakinya masuk. Pandu terlihat sangat kacau saat ini. Tanpa di beritahu pun, ia tahu jika Riva yang menjadi semua sumber kegelisahan atasannya. Pandu memang seperti ini jika menyangkut seorang Riva.
"Ada apa?" tanya Pandu menatap sekretarisnya.
"Ini dokumem yang harus di tanda tangani." Ratih meletakan setumpuk dokumen di meja Pandu.
Kepalanya sangat sakit saat ini. Jika saja hari ini bukanlah hari yang penting, ingin dia segera kabur dan pulang menemui Riva.
"Pulanglah."
Pandu maupun Ratih menolehkan kepala mereka dan menemukan Bisma berdiri di depan pintu. Ratih segera menundukan kepalanya dengan hormat ketika presiden direktur mereka datang.
"Pak Presdir." Ratih menganggukan kepalanya dengan hormat.
"Bisa keluar dulu, Ratih?" tanya Bisma.
Tanpa di perintahkan dua kali, Ratih segera berjalan keluar ruangan Pandu dan membiarkan keduanya berbincang.
"Papa menyuruhku pulang?" Pandu memandang salinan jadwal yang dibuatkan oleh Ratih untuknya. "Hari ini ada lima rapat yang harus aku hadiri-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Always
Romance"Always." © Aomine Sakura Pandu Arvidantama selalu mencintai kekasihnya, Rivana Jovanka. Semua tentang Rivana adalah segalanya baginya. Pandu akan selalu ada disisi wanita itu, namun Rivana selalu menolak lamarannya. Menceritakan tentang lika-liku k...