Chapter XI : Agresive

303 7 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

"Ngghh.."

Riva menggeliatkan tubuhnya dan membuka matanya perlahan. Ia memandang ranjang di sampingnya dan tidak menemukan Pandu.

Membuka mata sepenuhnya, Riva mendudukan dirinya. Semalam, ia dan Pandu memutuskan untuk tidur setelah menonton film favorit kekasihnya, Iron Man.

Lalu ia terbangun tanpa Pandu di sisinya.

Turun dari ranjang, Riva berjalan keluar kamar. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa sangat kering saat ini.

Kemudian, langkah kakinya terhenti ketika melihat Pandu sedang menata meja makan. Beberapa kali ia melihat Pandu membuatkan sarapan untuknya, tetapi ia tetap merasa aneh. 

"Sudah bangun?" Pandu mendekati Riva.

"Hmm.. ya." Riva mendudukan dirinya di kursi makan dan memandang masakan dihadapannya.

Di meja makan, terdapat dua mangkuk bubur ayam yang menggugah selera. Air liurnya hampir saja menetes hanya karena mencium bau harum bubur ayam milik Pandu.

"Aku ingin kopi susu."

Pandu memandang kekasihnya dengan keheranan. Tidak biasanya, Riva meminta untuk dibuatkan kopi susu karena minuman kesukaan Riva adalah milk tea.

"Tumben sekali." Pandu membuatkan kopi susu sesuai keinginan Riva. "Jangan bilang, kalau kamu hamil?"

"Uhuk! Uhuk!"

Riva tersedak kopi susu yang diminumnya. Kata-kata Pandu benar-benar mengagetkannya. Sedangkan Pandu memberikan tissue kepadanya dan memandangnya dengan pandangan penuh antusias.

"Jadi, kamu benar hamil?" tanya Pandu.

"Tidak." Riva mencoba mengingat apakah terakhir mereka bercinta ia meminum pil kontrasepsi. "Aku rutin meminum pil kontrasepsi."

Raut wajah Pandu terlihat kecewa dan Riva ingin tertawa melihatnya. Ekspresi wajah itu sangat tidak cocok dengan Pandu.

"Kenapa?" tanya Riva sembari mengusap wajah kekasihnya.

"Apa aku perlu menyembunyikan atau membuang pil kontrasepsi mu?"

"Jangan gila!" Riva merengut kesal. Sia-sia saja ia sempat mengkhawatirkan Pandu tadi.

Kini ekspres wajah Pandu terlihat kecewa. Menghela napas panjang, Riva bangkit dan mengusap wajah kekasihnya.

Dia tahu, selain keinginannya untuk menikah. Pandu juga berkeinginan untuk memiliki buah hati, tentu saja itu impian setiap orang yang sudah siap untuk menikah dan membangun keluarga.

Tetapi, ia sendiri belum siap untuk menikah, lalu memiliki anak. Ia belum siap untuk itu semua.

"Kita akan membuatnya." Riva mencium bibir kekasihnya dengan lembut. "Jika aku sudah siap. Bisakah kamu menunggunya?"

"Terima kasih." Pandu memeluk Riva dengan erat. "Aku akan menunggumu, asalkan kamu tidak meninggalkanku."

"Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Riva. "Sebaliknya, seharusnya aku yang mengatakan itu."

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang