Ayah ..

58 16 5
                                    

- Happy reading -

Hari-hari Zea berasa teramat sepi akhir-akhir ini. Semenjak mama fokus merawat ayah, ia harus melakukan segalanya secara mandiri. Tanpa bantuan mama atau siapapun.

Malam harinya dihari kamis, ya, malam jum'at, mama menelfon. Mama minta doa Zea karena papa kritis lagi. Sebenarnya mama berniat menjemput Zea besok pagi, tapi beliau urungkan karena mengingat anak gadisnya sekolah efektif.

"doain aja, ya .." ucap mama diseberang sana yang terdengar sendu. Sepertinya habis menangis.

"iya, ma .."

"jangan mikir yang aneh-aneh .. habis ini langsung istirahat, besok sekolah .."

"iya .."

Telfon mereka terputus. Zea diam tak tau harus bagaimana. Dalam hatinya dia panik, tapi otaknya tak memberi reaksi apapun atas rasa panik itu.

Sudah empat hari ini, Janu tidak aktif Loveable. Sesuai yang dia bilang, dia mau fokus ke ujian kurang lebih seminggu kedepan. Zea harus maklum, tapi itu membuatnya semakin sepi.

Zea butuh teman saat kepanikannya muncul seperti ini. Biasanya hanya Janu yang bisa menenangkan. Dia tidak ingin meminta Bino datang hanya untuk mendengarkannya cerita.

Gadis tersebut takut Bino salah menangkap dan beranggapan bahwa Zea sudah mulai tumbuh rasa kepadanya. No! Big no. It's never will do when Janu still active on interaction with her.

Akhirnya Zea memtusukan untuk tidur saja walaupun dirinya belum mengantuk sama sekali. Gadis tersebut mencuci muka, menyikat gigi, dan mematikan semua lampu yang ada.

Tidur, Ze! Besok lo sekolah!

***

Jam pelajaran pertama baru mulai. Pak Puji sudah menerangkan pembelajarannya sejak sepuluh menit yang lalu. Dan anak-anak mendengarkannya dengan baik.

Saat asik melewati sesi diskusi dengan berbagai argumen, pintu kelas diketuk oleh Bu Riri, wali kelas Zea. "permisi, pak .." ucap beliau sopan membuat suasana kelas mendadak sepi.

"iya, bu .." Pak Puji meletakkan buku paketnya dan datang menghampiri.

"saya mau manggil Zea .." ucapnya membuat semua murid yang awalnya fokus pada Bu Rini kini beralih menatapnya yang seperti orang linglung.

"sa-saya, bu?" Zea menunjuk dirinya sedikit takut. Have I some mistakes? What is?!

"iya, nak .."

Gadis tersebut berdiri dan mulai berjalan menghampiri yang memanggil dengan tatapan tanda tanya yang dilemparkan seisi kelas untuknya. Sebelum pergi benar-benar jauh dari meja, Bu Rini menyuruh Zea membawa serta tasnya keluar.

"bawa tasnya, Ze .."

"eoh?" alis gadis tersebut menaik bingung. Walaupun begitu, Zea tetap menurut. Ia tata buku-buku yang sebelumnya diatas meja beserta kotak pensil kain masuk ke dalam tas dengan rapi.

Langkah pantofelnya teramat terdengar karena keadaan yang begitu sunyi. Selama persiapan Zea tadi, Bu Rini sempat berbincang sebentar dengan Pak Puji. Mungkin tentang dirinya.

"ayo ikut ibu ke kantor .." ucap Bu Rini dengan sedikit anggukan kecil.

Keadaan kelas masih sama sunyi hingga Zea benar-benar keluar. Dapat ia dengar suara Pak Puji yang mencoba mengambil alih fokus anak didiknya yang sempat terpecah.

"ya anak-anak .. kita lanjutkan .."

Zea mencengkeram kuat tali tasnya sedikit gugup. Dia mau kemana? harus bawa tas begini? Kemungkinan, bukan karena masalah dengan BK atau sejenisnya.

Loveable (Sinhope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang