Semoga ga kenapa-napa.

53 15 5
                                    

- Happy reading -

Zea melangkahkan kakinya menuju sekolah seperti biasa. Sampai di depan gerbang, dirinya berpapasan dengan Intan. Matanya bengkak seperti habis menangis lama tadi malam.

"Tan, lo gapapa?" tanya Zea sedikit khawatir. Dia takut kalau Intan berpikir yang aneh-aneh untuk mengakhiri hidupnya.

"gapapa, Ze .." jawabnya lembut seperti biasa. Sorot mata Intan terlihat lemah tanpa mau menatap Zea dari balik kacamatanya. Selalu.

"lo kalau ada masalah, cerita ke gue juga gapapa .. gue ga bocor, kok .. tapi kalau lo mau aja, ga maksa .."

"iya, Ze .. makasi .."

Keduanya beriringan masuk menuju kelas yang berbeda. Zea lebih dulu, Intan masih lurus ke depan melewati beberapa ruangan lagi sampai tiba di kelasnya.

Keadaan kelas tidak terlalu sepi. Sudah ada yang piket hari ini ditambah dengan Salsa, Jiji dan beberapa anak lain yang memang sering datang lebih pagi. Anak rajin.

Zea menduduki pinggulnya dibangku yang sudah satu semester ia duduki. Semuanya berjalan normal seperti biasa. Mengikuti pelajaran, istirahat, dan pulang.

Beberapa hari ini, Bino mogok interaksi dengannya setelah penolakan didepan rumah beberapa hari lalu. Mungkin dia sedikit kecewa. Ah tidak, sangat kecewa tepatnya.

Bahkan untuk membagikan kertas ujianpun, lelaki itu meminta tolong Dika untuk mengoperkan sampai padanya. He said that we can be a friend, but why he act like that? Yang menjauh dia namanya kalau begini.

Zea kemudian masuk kedalam rumah seperti biasa. Akhir-akhir ini juga, ayah selalu datang lebih awal dari biasanya. Nampak dari wajah beliaupun, selalu dalam keadaan yang tidak baik.

Alis mengerut, melirik, dan jarang berbicara. Sekalinya berbicara, dengan nada ketus dan seperti tidak ingin diganggu. Ayah kenapa sebenarnya?

Gadis bernama lengkap Zea Arabella Clarissa itu tak pernah absen untuk menceritakan semuanya kepada Janu. Dia tidak punya teman selain lelaki itu. Kalaupun ada, tidak akan senyaman bagaimana mereka berinteraksi.

Zea jadi lebih terbuka.

"akhir-akhir ini sering marah gitu keliatannya, Zea jadi takut mau deketin ayah .." jelas gadis itu melalui teks. Tidak vn takut kalau ada yang dengar diluar ruangan.

"mungkin ayahnya Zea lagi capek aja kali?"

"mungkin ya kak .. ga biasanya soalnya .."

"Zea udah makan?"
"udah, kakak udah?"

"udah .." balasnya kemudian dilanjutkan dengan bincangan-bincangan ringan yang selalu mereka lakukan tanpa bosan dan seperti rutinitas.

Gue juga heran, kok ga bosen cuma sekedar nanya hal begitu tiap hari ..

***

Setelah sikap ayah yang mendadak aneh beberapa hari ini, Zea mendapati rumah yang teramat sepi ketika dia kembali dari sekolah. Cukup lega, karena Zea pikir akhirnya ayah pulang sesuai jam yang seharusnya.

Takutnya, masalah ayah ada disana. Kalau begini, kemungkinan masalahnya sudah selesai dan ayah bisa bersikap normal lagi.

Zea hanya takut jika ayah terlalu kepikiran nanti strokenya kambuh. Kadang begitu kalau benar-benar pusing, tapi hanya stroke ringan dan dirawat dirumah setelah cek dokter. Minum obat kemudian istirahat cukup, ayah bisa sembuh dengan mudah.

Loveable (Sinhope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang