Semoga membantu.

57 16 3
                                    

- Happy reading -

Zea pingsan dipelukan sang kakak. Lelaki itu langsung menggendong adiknya dan menidurkan dipaha Santi di kursi tunggu. Sedangkan mama sempat panik karena gadis itu tak pernah seperti ini sebelumnya.

Sekitar pukul setengah dua siang, akhirnya jenazah ayah Zea dimakamkan di pemakaman setempat. Gadis yang tadi sempat berhenti menangis itu, kini kembali histeris masih belum rela melihat ayahnya terbujur kaku dibawah sana.

Santi sudah berusaha mati-matian menenangkan, tapi Zea terus menangis dengan keras walaupun sudah berada dipelukan kakak iparnya itu. Dia bahkan tidak khawatir jika nanti jatuh pingsan lagi.

Tak ada kata yang terucap diantara raungan tangisnya. Hanya suara pilu yang membuat setiap orang menatap Zea dengan keibaan. "yang sabar, Ze .." suara lembut Tante Widya yang tak lain adalah ibu Bino terdengar mengelus kepalanya dengan lembut.

Nafas Zea terasa sesak dengan mata yang mengabur karena bendungan air mata. Satu persatu orang mulai meninggalkan lokasi pemakaman meninggalkan Zea dan keluarga disana.

Gadis tersebut terduduk masih sambil terus menangis menatap batu nisan yang bertulis jelas nama sang ayah. Air mata mengalir begitu deras, bedanya kini tanpa suara histeris.

Pandangan kosongnya terus memproduksi lelehan menyakitkan yang terjun bebas dari dagunya. "ayah kenapa pergi?" pilunya yang membuat tangis semakin pecah.

"ayah marah sama Zea??" tanyanya lagi bermonolog tanpa ada yang berani menganggung. Sedangkan mama sudah menangis semakin sakit melihat putrinya seperti itu.

"Zea minta maaf sama ayah kalau bikin ayah marah .. tapi ayah harus banget hukum Zea kayak gini? Ayah gatau kalau Zea—," ucapannya terhenti tak sanggup melanjutkan.

"Zea sayang sama ayah .."

"Zea tau Zea bukan anak yang baik .. tapi jangan hukum Zea kayak gini yahhh .. Zea ga bisaaaa .." tangisnya semakin pecah membuat kelu lidahnya perlahan.

Rama menyentuh lembut pundak Zea berjongkok disisinya. "Dek, ayo pulang .. udah sepi .." bujuknya yang langsung digelengi dengan cepat.

"adek mau sama ayahhhhh!!!!" jeritnya menatap Rama denga mata merah penuh air.

"dek .. jangan gini .."

"KAKAK GATAU RASANYA JADI ADEK!!!! KAKA GA NGERTI!!!! KAKAK GA SAYANG SAMA AYAH??!!! HA?!" bentaklah langsung menggebu.

"ga gitu .. ayah juga gamau lihat adek kayak gini .. ini udah jalannya dek .."

"gamau!!" kembali Zea palingkan pandangannya menatap nisan yang teronggok bisu didepannya.

"adek ga kasian sama mama? Mama dibelakang adek udah capek habis ngurus ayah juga selama ini .. mama butuh istirahat .. ayo pulang .." bujuk Rama lagi masih belum menyerah.

Zea tertegun sejenak kemudian menoleh ke belakang. Mama memang sudah berhenti menangis, tapi sengguknya masih. Wajah mama juga terlihat lesu. Zea ga boleh egois. Hampir dua minggu rumah mama pindah ke rumah sakit tanpa istirahat cukup.

"ayo pulang, istirahat .." ucap sang kakak yang diangguki pelan oleh Zea. Dia luluh.

Rangkulan lembut kemudian Zea rasakan membantunya berdiri. Akhirnya gadis itu mau pulang walau benar-benar masih berat untuk meninggalkan sang ayah sendiri.

Loveable (Sinhope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang