Harus sabar

60 16 4
                                        

- Happy reading -

Hari sabtu sepulang sekolah, Zea berniat untuk mampir ke mama sekali-sekali. Sudah hampir seminggu gadis tersebut tinggal di apartemen Jean. Kangen mama? Pasti. Tapi masih belum berani.

Mama sama keras kepalanya dengan dia. Zea takut kalau mama justru memarahinya jika nanti kembali ke rumah. Walaupun niatnya hanya ingin menjenguk, bukan pindah kesana lagi.

“mama ..” panggil gadis tersebut melihat mamanya duduk sedang bertelfon di depan teras.

Ternyata masih berhubungan ..

Wanita baya itu melirik sebentar lalu kembali tertawa kecil merespon telfonnya. Mama masih gamau ngomong?

Zea mendekat, ia menadahkan tangannya hendak bersalim. Mama memberikan tangan tapi masih dengan wajah tidak enak.

“bentar ya,, ni ada anak bandel ..” ucap mama berbicara kepada yang ditelfon. Zea menarik nafasnya dalam-dalam mencoba sabar atas sindirian sang mama. Baiklah, memang Zea yang salah.

“ngapain adek kesini?” mama bertanya sinis.
“kangen mama ..” Zea tidak berbohong.

“halah .. habis bentak-bentak mamanya sekarang sok-sokan bilang kangen .. ada perlunya kan kesini? Atau ga sanggup bayar kos? Mau minta uang?”

Mata Zea memanas dengan air mata yang mati-matian ia tahan. Dia tidak tau mamanya akan bisa mengeluarkan kalimat semenyakitkan itu untuknya. Dia pikir mama hanya akan menyuekinya tanpa merespon.

“enggak ma .. uang Zea cukup kok ..” jelasnya pelan. Cukup karena dia tidak perlu bayar kos berkat Jean.

“oh gitu .. sudah cukup jadi mau pamer kalau bisa hidup tanpa mama?”

Zea menelan ludahnya berat. Salah lagi dia bicara. Ia rasa semua yang Zea lakukan akan selalu salah tanpa persetujuan mama. Baginya, apapun yang mama minta itu selalu benar.

“ga gitu ma .. Zea cuma pengen ketemu mama aja ..”
“terus kesini ga bawa apa? Mamanya ga dikasi apa-apa?”

Oke, Zea ngerti mau mama apa ..

Gadis tersebut mengeluarkan dompetnya dari tas dan memberikan lima lembar uang seratus ribuan kepada mama. Tangannya bergetar takut salah bertindak lagi. Tapi semoga benar.

“nah gini dong jadi anak .. berbakti ga lupa sama orangtua .. ga taunya marah-marah aja ..”

“iya, ma .. Zea minta maaf ..” tundukan Zea berikan. Mencoba menyabarkan dirinya menghadapi sifat mama yang baru ia tau.

“terus sekarang mau kemana? masih mau disini? Mama mau pergi ..”
“Zea pulang aja ma .. ngerjain tugas ..”
“ya udah sana ..”

Zea menegadah tangan lagi hendak bersalim santun. Setelah itu langsung berbalik dan menjalankan motornya sesuai arahan.

Di motor, tangis Zea pecah. Ia menurunkan kaca helmnya berharap tidak ada yang melihat. Kenapa mama bisa sekeras kepala itu? kenapa mama masih menyimpan kekesalannya bahkan kejadian itu sudah lewat seminggu lalu.

Tidak bisakah mama memikirkan Zea? Zea selalu mikirin mama. Tapi ternyata tidak sebaliknya. Wanita itu masih tetap lebih mencintai uang dan kesenangan pribadi daripada anaknya.

Haruskah Zea merelakan kesenangannya demi dicintai oleh mama lagi? Haruskan Zea fokus bekerja dan meninggalkan sekolah demi memberikan semua yang mama inginkan? No! Mama keras kepala, Zea juga begitu.

Zea masih ingin sekolah, dan dia juga ingin hidup seperti mama. Tentu dengan mandiri dan hasil keringatnya selama ini.

Gaji di Kak Sisi tidak seberapa, tapi dia sangat berterimakasih karena gadis itu mau memberikan jatahnya tepat waktu. Tidak semena-mena mentang-mentang dekat.

Loveable (Sinhope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang