3. Luka Tak Berdarah

347 35 32
                                    

"Aku yang menciptakan batas. Kamu pun menciptakan batas yang sama. Dan tanpa kita sadari batas itu menjadi duri yang membunuh kita secara perlahan."

~Algarish Prawiranegara~

♡As Long As Live♡

Happy Reading

Banyak laki-laki tampan di sekolah ini. Laki-laki kaya pun tak kalah banyaknya. Namun entah kenapa Alga selalu bisa menjadi pusat perhatian para gadis. Bahkan jika Alga adalah laki-laki paling kasar dan kejam di sekolah ini para gadis tetap melihatnya sebagai raja penuh wibawa. Bahkan saat Alga membentak dan mengatakan banyak hal sarkas pada mereka, mereka akan tetap terpesona. Ya, Alana sangat memahami hal itu. Bahkan Alana sangat tahu bahwa ada begitu banyak orang yang membencinya karena dia adalah pacar sang pentolan sekolah. Seperti saat ini di mana puluhan pasang mata menatap tajam padanya karena dia membawakan handuk dan air untuk Alga yang sedang latihan sepak bola.

Alana menghela napasnya, memilih untuk duduk di pinggir lapangan dan menatap kagum pada sang kekasih yang tengah sibuk menggiring bola. Gadis itu tersenyum. Bahkan di saat seluruh tubuhnya dibasahi keringat Alga tetap terlihat tampan. Apa jika Alga dipenuhi lumpur dia juga akan terlihat demikian tampannya? Entahlah!

Dua bulan sudah dia menjalin hubungan dengan Alga. Dan selama dua bulan itu banyak hal yang Alana ketahui tentang Alga. Alga sering menggigit bibirnya entah karena apa. Selain itu Alga juga sering memainkan tindikan di bibirnya dengan lidah. Alga mengumpat hampir untuk setiap hal. Bukan hanya saat dia marah atau kesal, melainkan dia juga sering mengumpat setiap kali dia merasa tertarik akan sesuatu hal.

Alga menyukai sepak bola tapi Alana tidak tahu club favoritnya. Alga sangat suka membaca tapi Alana tidak tahu buku seperti apa yang sebenarnya Alga sukai. Kadang Alga membaca novel romansa, kadang Alga membaca buku mengenai bisnis, dan kadang Alga membaca buku tentang sejarah Indonesia atau dunia. Entahlah! Alga selalu sulit untuk diterka bagaimana dia yang sebenarnya.

Kendati demikian bukan berarti Alana telah mengetahui segalanya tentang Alga. Karena sebenarnya masih ada banyak hal yang tidak Alana ketahui tentang Alga. Alana tidak tahu bahwa daripada musik yang ceria Alga lebih menyukai musik yang akan membuatnya tertidur. Alana tidak tahu bahwa Alga bisa memainkan piano. Alana tidak tahu bahwa meskipun Alga bisa berenang sebenarnya dia takut menyelam. Namun anehnya dia sering melakukan hal itu. Alana tidak tahu bahwa Alga punya ketertarikan yang luar biasa terhadap ilmu astronomi. Dan Alana tidak tahu bahwa sebenarnya Alga pernah tinggal di Amerika.

Alga sebenarnya sosok pacar yang cukup bucin. Hanya saja rasa gengsinya jauh lebih tinggi daripada apa pun. Alana tahu dengan benar bahwa meskipun Alga suka membaca tapi dia sangat tidak menyukai novel remaja. Namun dia tidak pernah absen menemani Alga ke toko buku dan berhadapan dengan novel-novel remaja yang sangat dia benci. Untuk seseorang yang kasar dan temperamental seperti Alga jelas dia sangat tidak suka menunggu dan mengantre. Namun dia pernah mengantre berjam-jam untuk membelikan Alana kue. Dan saat Alana bertanya apa Alga harus mengantre untuk mendapatkan kue itu dengan segera Alga menjawab, "Aku bukan laki-laki sebucin itu, Lana." Padahal sebenarnya dia rela mengantre sampai kakinya pegal bukan main.

"Jangan ngeliatin aku terus, Lana." Suara berat itu membuat Alana tersadar dari lamunannya dan menatap pada Alga yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya. Lalu dengan segera laki-laki itu mengambil air mineral yang ada di tangan Alana dan meminumnya. Jakunnya yang bergerak naik turun saat minum adalah pemandangan yang sangat indah bagi Alana.

ALGA : As Long As Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang