14. Tantangan

191 23 50
                                    

"Bagaimana bisa aku kehilangan jika aku tidak pernah memiliki apa pun?"

~Algarish Prawiranegara~

~Algarish Prawiranegara~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading💜

Seorang gadis cantik berdiri di depan kelas Alana. Nadisya Prawiranegara namanya. Saat ini adalah jam istirahat dan hampir semua siswa sedang berada di kantin. Namun tidak dengan Alana. Gadis itu tidak punya uang dan bahkan tadi pagi dia tidak sempat sarapan. Lagi pula untuk apa dia pergi ke kantin? Sekarang dia sudah tidak lagi memiliki teman. Jadi daripada menjadi bahan bullyan di kantin lebih baik dia berdiam diri di kelas. Mengulang kembali pelajaran yang tadi diberikan oleh guru.

Disya mengetuk pintu kelas Alana dan ketika gadis itu menoleh dia bertanya, "Boleh gue masuk?"

Alana terdiam. Terkejut dan tidak percaya bahwa yang berbicara dengannya saat ini adalah Nadisya Prawiranegara, salah satu gadis paling berpengaruh di sekolah ini. Namun kemudian dia mengendalikan dirinya sendiri dan menjawab, "Boleh."

Disya tersenyum lalu duduk di sebelah Alana. Dan Alana kembali dibuat terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa kini seorang Nadisya Prawiranegara duduk di sebelahnya. Ya, siapa yang tidak mengenal gadis itu? Cantik, cerdas, berprestasi, dan berasal dari keluarga yang punya pengaruh sangat besar di negeri ini. Bahkan dari berita yang Alana dengar gadis itu bertunangan dengan seorang laki-laki kaya raya dari Perancis. Sungguh, berada di dekat gadis itu bagaikan mimpi bagi Alana. Sebab Disya selalu jauh dari jangkauan setiap orang. Bahkan orang sekelas Aiden pun sangat sulit untuk berada di dekatnya. Hanya Jonathan si cassanova yang benar-benar memiliki keberanian untuk mendekati gadis itu. Itu pun hanya untuk melemparkan rayuan padanya.

"Lagi belajar apa?" tanya Disya. Senyum yang menghias wajahnya membuat gadis itu terlihat semakin cantik.

"Matematika," jawab Alana canggung. Bukan apa-apa, hanya saja ini adalah pertama kalinya dia sedekat ini dengan Disya. Sebelumnya dia bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan gadis itu.

"Suka matematika?" Disya kembali bertanya.

"Enggak juga." Alana masih saja secanggung yang tadi. Disya yang menyadari hal itu pun menghela napasnya. Selalu saja seperti ini.

"Enggak usah canggung gitu," kata Disya dengan wajah datar. Dan jujur itu membuat Alana merasa takut. Gadis itu menggigit bibirnya. Dia tidak tahu harus membalas apa.

"Kenapa enggak ikut ke kantin sama teman-teman lo?" Pertanyaan Disya membuat Alana memberanikan diri untuk menatap gadis itu. Sedetik kemudian ia tersenyum getir.

"Setelah foto itu tersebar mereka jadi menjauh," katanya lirih.

Disya menatap Alana dengan tatapan iba. Tentu saja dia memahami apa yang Alana rasakan. Sejak kecil dia tidak pernah benar-benar memiliki teman. Tidak ada satu orang pun yang mau mendekatinya. Kalaupun ada tujuan mereka hanyalah untuk memanfaatkannya karena dia adalah orang kaya. Ya, hidup memang semenyedihkan itu.

ALGA : As Long As Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang