7. Mata-Mata

228 23 34
                                    

"Aku tidak masalah bila harus mati karena racun ini. Tapi aku tidak bisa melihatmu yang mati karenanya."

~Algarish Prawiranegara~

♡As Long As Live♡

Happy Reading💜

"Kita berakhir."

Percayalah bahwa rangkaian kata yang terucap oleh bibir ranum itu tidak hanya melukai Alana, melainkan Alga juga ikut terluka bersamanya. Namun itu sudah menjadi keputusannya. Dan dia tidak ingin mengingkari keputusan itu. Karena dia tidak sanggup bila harus bertahan dengan sebuah ikatan di mana di dalamnya terdapat seorang pengkhianat. Tidak! Bahkan jika dipaksa Alga tetap tidak akan mau berada di sana.

Alana menggelengkan kepalanya. Dan air matanya yang tumpah ruah jauh lebih banyak daripada pergerakannya. "Apa pun ... apa pun asal jangan dua kata itu. Aku siap menerima apa pun, Al. Silakan kamu bilang aku pelacur, jalang, cewek murahan atau apa pun. Tapi tolong jangan akhiri hubungan kita, Al."

"Enggak ada lagi yang perlu dipertahankan, Alana. Enggak ada masa depan untuk hubungan kita. Dan bahkan sekarang gue enggak yakin sama kata kita," ujar Alga sinis. Namun Alana tidak bisa menyerah. Karena dia sangat membutuhkan laki-laki itu. Dia sanggup kehilangan apa pun. Namun tidak dengan Alga.

"Aku mohon, Al. Aku mohon jangan kayak gini. Aku enggak mau pisah sama kamu. Aku sayang sama kamu, Al." Alana berusaha menggapai tangan Alga. Namun dengan segera laki-laki itu menarik tangannya.

"Andaikan rasa sayang lo cukup untuk menghapus setiap jejak pengkhianatan lo, Alana! Andaikan!" Alga kembali pada dirinya yang begitu dingin hingga rasanya bisa membekukan setiap untaian detik. Dan Alana tahu bahwa dia juga ikut membeku. Namun dia memiliki secercah kehangatan dalam dirinya yang setidaknya bisa melawan setiap titik beku itu.

"Al, aku mohon. Kamu boleh marah sama aku. Kamu boleh membenci aku sebanyak yang kamu mau. Kamu boleh menghina aku dengan segala macam hinaan. Tapi tolong jangan akhiri hubungan kita. Aku butuh kamu, Al." Alana memohon. Benar-benar memohon. Dan dia tidak lagi peduli serendah apa dirinya sekarang. Karena satu-satunya harapan yang dia punya saat ini hanyalah Alga. Ya, hanya Alga.

"Lo juga satu-satunya harapan yang gue punya, Alana! Tapi di detik pertama gue melihat foto menjijikkan itu harapan gue hancur berkeping-keping!" Alga berteriak. Alana hanya tahu betapa berartinya Alga dalam hidupnya. Namun dia tidak pernah tahu betapa besar harapan yang Alga miliki untuknya. Dan kini harapan itu hancur tak bersisa. Kepercayaannya pun tak kalah hancurnya. Layaknya kaca yang kini telah menjadi kepingan beling. Dan bagaimanapun caranya kaca itu akan tetap hancur. Bahkan jika seandainya kepingan kaca itu dapat kembali disatukan retakannya akan tetap terlihat.

"Al, aku mohon. Aku tahu aku salah. Tapi saat ini aku sedang berada di titik di mana aku benar-benar butuh kamu. Jadi aku mohon jangan nyerah sama hubungan kita. Jangan tinggalin aku. Aku udah kehilangan banyak orang dan aku enggak mau kehilangan kamu juga." Alana kembali memohon. Wajah cantiknya kini bahkan penuh oleh air mata.

"Gue enggak bisa!" Namun Alga masihlah sama. Masihlah Alga yang enggan bahkan hanya untuk sekedar mencoba mengerti bahwa dia demikian berartinya dalam hidup Alana. Pada akhirnya hanya kata itu yang terlontar dari bibirnya.

"Enggak! Aku enggak mau pisah sama kamu. Kamu harus bilang kalau hubungan kita enggak akan pernah berakhir." Dan Alana masih begitu keras kepala. Dia masih enggan untuk menyerah. Bahkan jika dirinya telah menjadi begitu rendah.

"Kita sama-sama sakit, Alana! Lo tersakiti oleh keluarga lo, gue juga tersakiti oleh keluarga gue! Dan dua orang sakit enggak bisa saling mengobati! Kita butuh obat untuk sakit kita masing-masing! Jadi jangan pernah paksakan hubungan ini lagi!" Alga yang mulai kehilangan seluruh kesabarannya pun membentak gadis itu. Dan dapat ia lihat dengan jelas bagaimana seluruh tubuh gadis itu gemetar akibat bentakannya. Dia pikir Alana akan menyerah. Namun ternyata tidak! Gadis itu masih saja berusaha.

ALGA : As Long As Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang