9. Little Red Riding Hood

224 22 36
                                    

"Sampai kapan kamu akan memakai topengmu? Tidakkah kamu ingin menunjukkan wajah aslimu? Atau jangan-jangan kamu sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk melepas topengmu sendiri."

♡As Long As Live♡

Happy Reading

Kala itu hari sudah mulai senja dan sebuah taman menjadi tempat pelabuhan mereka pada akhirnya. Rona jingga yang menghias angkasa terlihat begitu indah bagi Alga. Namun gadis yang duduk di sebelahnya dengan kedua tangan sibuk mencari sesuatu di dalam tas mungilnya yang sejak tadi ia bawa jauh lebih indah. Cukup lama Alga menunggu seraya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya gadis itu cari di dalam sana? Hingga akhirnya sebuah kotak obat menjawab pertanyaan yang sejak tadi bersarang di dalam kepalanya. Namun sebuah pertanyaan baru kembali muncul, apa gadis itu memang selalu membawa kotak obat ke mana pun dia pergi?

Gadis itu tidak banyak bicara. Tidak juga bertanya dari mana Alga mendapatkan semua luka itu. Satu-satunya yang dia lakukan adalah menggerakkan tangannya untuk mengobati setiap luka yang menghias wajah tampan Alga. Sementara Alga tidak bisa untuk tidak menikmati cara gadis itu memoleskan obat pada lukanya. Gadis itu melakukannya dengan sangat lembut, seakan-akan Alga adalah kaca porselen baginya. Baru kali ini ada seseorang yang mengobatinya dengan benar. Tidak ada rasa sakit, melainkan hanya kelembutan yang menghanyutkan.

Alga menatap gadis itu lekat-lekat. Dia terlihat dingin dan tidak bersahabat. Hampir tak tersentuh. Dan kulitnya yang putih pucat mendukung segalanya. Tapi, apa mungkin dia memang tipe gadis yang sedingin itu? Jika iya maka itu akan menjadi sulit.

Kini gadis itu beralih mengobati luka pada tangan kiri Alga. Sentuhannya masih sama lembutnya. Hampir seperti semilir angin yang menyentuh dedaunan. Namun sekali lagi itu berhasil menyalakan api dalam dirinya. Ini aneh. Belum pernah api itu menyala. Lantas kenapa sentuhan lembut gadis itu mampu membuatnya membara dalam sekejap?

"Tahu kisah Little Red Riding Hood?" Alga membuka suara, memecah keheningan yang hampir membekukan keduanya. Dan ini adalah untuk pertama kalinya Alga menekan egonya sendiri hanya untuk memulai sebuah percakapan. Terlebih dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal.

"Tentu." Gadis itu menjawab dengan lembut. Senyum yang menghias wajahnya membuat Alga menyadari bahwa dia tidak sedingin yang Alga kira. Itu adalah senyum paling cerah yang pernah Alga lihat. Dan sekarang Alga terkekeh kecil di dalam hatinya. Bagaimana mungkin seseorang yang terlihat sedingin antartika memiliki senyum secerah matahari?

"Gue rasa kisahnya akan berbeda sekarang." Alga masih setia menatap gadis itu.

"Berbeda?" Gadis itu menghentikan pergerakan tangannya yang tengah membalut luka di tangan Alga dengan sebuah perban.

"Iya." Alga menjawab dengan singkat. Hampir tidak ada ekspresi di wajahnya.

"Seperti apa kisahnya sekarang?" Kini gadis itu telah selesai mengobati Alga. Dia pun membenarkan posisi duduknya dan menatap lurus pada Alga.

"Di sebuah hutan belantara, serigala dikejar oleh sekumpulan pemburu. Dia berlari sekuat tenaga dan pemburu tidak juga jera. Hampir dia menyerah. Tapi, kala dia telah mencapai ujung pengharapannya seseorang menyelamatkannya. Seorang gadis berjubah merah." Alga berkata seraya menatap pada gadis itu. Pandangan keduanya bertemu. Alga tidak bisa untuk tidak terpesona pada manik jernih yang menatapnya dengan kelembutan yang menghanyutkan. Dan gadis itu juga ikut terpesona. Dia tenggelam, tersesat, dan kehilangan arah. Manik hitam pekat itu menariknya lebih dari apa pun. Dan dia segera tahu bahwa ada sesuatu di dalam sana. Ada sejuta luka yang sengaja disembunyikan di balik angkara.

"Gadis berjubah merah melakukan kesalahan, tidak seharusnya dia menyelamatkan serigala." Alga kembali melanjutkan.

"Tapi serigala sedang terluka." Gadis itu membalas dengan senyum yang masih sama indahnya. Tidak! Senyum itu bahkan terlihat semakin indah di setiap detik.

ALGA : As Long As Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang