Chapter 4

783 32 0
                                    

Lucifer datang tepat waktu, lebih tepatnya dia menunggu di sebrang jalan. Dia tidak masuk ke cafe itu, dia hanya ingin melihat gadis itu.

Dan gadis itu pun sedang menyebrang jalan, dia tampak merapatkan jaketnya yang terlihat sudah tipis. Dan wajah gadis itu tampak pucat.

Apa dia sedang sakit?

Saat gadis itu sampai, dia tidak menyadari keberadaan Lucifer dan terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar.

Dengan khawatir Lucifer mengikutinya dalam diam.

Sesekali gadis itu akan berhenti dan berjalan kembali dengan pelan.

Lalu tiba-tiba dia meraih tiang penyebrangan jalan dan tampak akan pingsan.

Lucifer dengan gerakan cepat menyentuh pundak gadis itu dan mendapatkan pandangan terkejut dari gadis itu.

"Kau tampak tidak sehat," kata Lucifer dan setelah itu gadis itu pingsan.

ღ ღ ღ ღ ღ

"Dia terjangkit flu dan kelelahan..." Dokter pribadi milik Lucifer  menghampirinya ketika dia sudah beres memeriksa gadis itu dan menjelaskan obat apa saja yang harus di minum gadis itu.

Sedangkan gadis itu terbaring lemah di kamar tamu miliknya.

Lucifer terpaksa membawa perempuan itu ke penthouse-nya karena dia tidak tahu harus membawanya kemana.

"Baik, terima kasih dokter," Lucifer menjawab sopan dan mengantar dokter itu ke pintu.

Sampai di pintu, dokter itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Dimana kau menemukan gadis itu, Lucifer?" 

Dokter itu sudah mengenal Lucifer cukup lama karena dia sudah menjadi dokter keluarga saat Lucifer masih kecil, karena itu dia menganggap Lucifer hampir seperti anaknya sendiri.

"Memangnya kenapa dok?"

Dokter itu menghela napas panjang.

"Tubuhnya lemah, jadi daya tahan tubuhnya lemah hingga mudah terjangkit penyakit... dan juga sepertinya dia kekurang gizi."

Hati Lucifer terenyuh mendengarnya. Pantas saja gadis itu begitu kurus.

"Dia temanku, sayangnya nasibnya memang tidak beruntung, jangan khawatir dok, aku akan merawatnya," gumam Lucifer sambil tersenyum.

ღ ღ ღ ღ ღ

Ketika Arabella membuka matanya, dia terperanjat menyadari bahwa dirinya berada dalam kamar yang tidak dikenalnya. Kamar itu indah dan semua barang di dalamnya terlihat mahal. 

Arabella mengernyitkan dahinya bingung, dimana dia?

Ingatan terakhirnya adalah pundaknya di sentuh oleh pria yang selalu sendiri di cafe tempatnya bekerja dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. 

Arabella menatap sekeliling lagi dengan waspada dan menghembuskan napas lega ketika yakin bahwa dia sendirian di dalam kamar ini.

Kamar siapa ini? 

Apakah pria itu yang membawanya kemari?

Arabella melirik tubuhnya dan mendesah lega sekali lagi karena menemukan dirinya berpakaian lengkap di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. 

Yah, dia benar-benar demam ternyata, Arabella mendesah kecewa atas ketidakmampuan tubuhnya menahan virus yang menyerangnya. 

Kepalanya pening dan sekujur tubuhnya terasa nyeri, dia memijit kepalanya, berusaha meredakan rasa seperti berdentam-dentam di sana. 

Tiba-tiba saja pintu terbuka, dan refleks, Arabella langsung mengawasi pintu dengan tatapan waspada. 

Pria itu masuk dengan nampan yang berisi makanan dan air minum.

"Kau sudah bangun rupanya." Lucifer meletakkan nampan itu di meja di sebelah tempat tidur, "Aku terpaksa membawamu ke sini, kau pingsan di jalan begitu saja."

Pria ini menolongnya. 

Tiba-tiba saja Arabella merasa malu telah berprasangka buruk kepadanya.

"Terima kasih," suaranya serak dan terdengar menyedihkan.

Sepertinya Arabella bukan hanya terserang demam tapi juga batuk dan flu.

Lucifer menganggukkan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya, "Kita belum sempat berkenalan, aku Lucifer."

Arabella ragu sejenak. 

Kenapa lelaki kaya macam Lucifer merasa penting untuk berkenalan dengannya? 

Tapi dia kemudian membalas uluran tangan Lucifer. 

"Aku Arabella."

"Arabella," Lucifer  menggumamkan namanya dengan pelan dan tersenyum. "Dokter sudah memeriksamu tadi, jadi kau harus minum obatmu."

Pria itu menggerakan dagunya ke arah obat-obat yang di letakkan di meja yang sama dengan nampan berisi makanan dan air minum. 

Arabella menoleh ke arah obat itu lalu menatap Lucifer kembali. 

"Terimakasih, maafkan aku sudah menarikmu pada masalahku."

"Bukan masalah yang besar." Lucifer menjawab tenang, masih tetap berdiri dan menatap Arabella dengan tatapan mata penuh arti, "Makanlah, lalu minum obatmu dan beristirahatlah kembali."

Mata Arabella melirik ke arah jam dinding. 

Jam... 

"Apakah itu jam sembilan pagi, atau jam sembilan malam?"

Lucifer mengikuti arah pandangan Arabella ke jam dinding itu. 

"Jam sembilan malam. Dokter menyuntikmu dan katanya itu membuatmu tertidur pulas, bagus untuk penyembuhanmu karena tubuhmu butuh istirahat yang cukup."

"Oh Astaga." Arabella langsung melompat dari tempat tidur hampir tidak mendengar kalimat terakhir Lucifer, dia mulai panik, melemparkan selimutnya dan berusaha berdiri, "Aku harus bekerja, bosku akan memarahiku kalau aku terlambat lagi." 

Arabella berusaha berdiri, tetapi kakinya terasa lemah  dan rasa pening yang amat sangat menyerangnya dengan tiba-tiba, membuatnya kembali limbung. 

Lucifer yang berdiri di dekatnya langsung menopangnya.

"Kau ini bodoh atau apa? kau demam tinggi dan flu berat, bagaimana mungkin kau bisa bekerja dengan kondisi seperti ini? Shift malam pula!" dengan marah tapi tetap berusaha lembut, Lucifer setengah mendorong Arabella hingga tubuh gadis itu duduk di tempat tidur.  

Arabella mengerutkan keningnya, masih merasa panik meskipun di dera pusing yang amat sangat, "Bosku akan memecatku kalau...."

"Shhh.." Lucifer menghentikan kalimat Arabella, "Minum obat dan tidurlah, aku sudah mengurus semuanya."

"Semuanya? Apa maksudmu?" tanya Arabella heran.

Alih-alih menjawab, Lucifer memberikan mangkuk yang berisi sup pada Arabella.

"Makanlah. Kita akan berbicara ketika kau sudah merasa baikan."

Merasa tidak berdaya untuk melawan pria itu. Akhirnya Arabella menurut.

Lucifer menunggu dengan sabar saat Arabella makan dan meminum obatnya.

Setelah selesai Arabella pun berbaring kembali dan tertidur setelahnya.

ღ ღ ღ ღ ღ

Untuk cover, belum sempet di edit..

Jadi pake foto seadanya..

Terimakasih sudah membaca.

Love KRN

His LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang