Arabella meletakkan tas ranselnya dan membanting tubuhnya di ranjang kecil itu dengan lelah.
Jam delapan pagi dan dia baru sampai di rumah setelah menyelesaikan shift malamnya di cafe dan jam dua siang nanti dia harus pergi ke tempat pemotretan.
Hidup memang keras terhadapnya, sebatang kara di dunia ini, dia harus berjuang sendirian bahkan hanya untuk bisa makan setiap harinya.
Arabella di besarkan di panti asuhan selama sembilan belas tahun lamanya. Sampai akhirnya, sang penjaga panti berusaha berbuat tidak senonoh kepadanya, dengan menjebaknya masuk di ruang kerjanya yang sepi di siang hari.
Sejak kejadian itu, Arabella selalu takut dan was-was, dan kemudian dia memutuskan lebih baik dia meninggalkan panti itu.
Arabella harus berjuang keras di awal-awal pelariannya, ternyata mencari pekerjaan tidak semudah itu, pada awalnya, Arabella diterima bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran, dengan gaji per hari.
Selama satu tahun dia bekerja di restoran itu, sampai akhirnya ada pemilik sebuah toko pakaian online yang melirik Arabella dan menawarkannya untuk menjadi modelnya.
Kesempatan tidak akan datang dua kali, jadi Arabella langsung mengiyakan meskipun jarak tempat pemotretan dan rumahnya sekitar 1 jam menggunakan subway.
Dia keluar dari restoran tempat pertama dia bekerja, dan bekerja sebagai model yang bayarannya lumayan besar jika di bandingkan dengan bekerja di restoran. Tapi tentu saja, uang yang di hasilkan masih tidak banyak, jadi Arabella mencari pekerjaan lain untuk pemasukan tambahan.
Arabella harus mempunyai uang untuk membayar sewa tempat tinggalnya, ditambah dengan kebutuhan lain-lain yang harus dipikirkannya dan tabungan untuk biaya kuliahnya.
Jadi Arabella mencoba bertahan, siang dia bekerja sebagai model dan malam hari ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih di cafe.
Arabella mendesah dan menatap langit-langit kamarnya. Dengan pedih Arabella bergelung di atas ranjang, seperti posisi janin yang baru lahir.
Setelah menghela napas panjang, Arabella mencoba tidur, melemaskan otot-ototnya yang pegal, mempersiapkan untuk masuk bekerja lagi nanti siang.
ღ ღ ღ ღ ღ
Arabella terlambat datang bekerja!
Dengan napas terengah Arabella setengah berlari setelah turun dari subway (kereta bawah tanah) yang dia gunakan sambil menyumpah-nyumpah mengutuki dirinya sendiri.
Kalau saja tadi siang dia tidak datang terlambat ke tempat pemotretan, karena dia memutuskan untuk tidur lagi. Tetapi bodohnya dia lupa menyalakan alarm.
Dan ketika terbangun, jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Yang artinya dia terlambat 1 jam ke tempat pemotretan.
Dan sekarang Arabella terlambat bekerja di cafe hampir dua jam. Sambil mengerutkan keningnya cemas, Arabella membayangkan bagaimana marahnya sang manager cafe kepadanya.
Manager cafe itu tidak pernah menyukainya, entah kenapa. Mungkin karena Arabella bertubuh kecil dan di anggapnya lemah.
Napasnya makin terengah karena berlari makin kencang, jarak dari stasiun subway ke cafe memang biasanya dia tempuh sambil berjalan kaki ketika waktunya panjang, tetapi sekarang dia harus sesegera mungkin tiba di cafe itu.
Arabella terburu-buru menyeberangi jalan itu, cafe itu terletak di seberang jalan, sampai suara rem yang berdecit kencang dekat sekali dengannya membuatnya memejamkan mata, kaget dan panik.
Aku akan mati....
Desahnya di detik-detik terakhir, tetapi ketika dia tetap memejamkan matanya, tidak terjadi apapapun. Tidak ada rasa sakit di badannya, dan bahkan dia tidak terguling jatuh tertabrak entah apapun itu.
Dengan hati-hati, Arabella membuka matanya.
Dia menatap ke samping tubuhnya dan menemukan sebuah mobil warna hitam, dekat sekali dengan tubuhnya, tampaknya mobil itu di rem tepat pada waktunya sehingga tidak menyentuhnya meskipun hanya berjarak beberapa centi dari tubuhnya.
Pintu mobil terbuka, dan seorang lelaki tampan bertubuh tinggi dengan kacamata hitam turun dari balik kemudi.
Lelaki itu cemberut, dan ketika dia membuka kacamatanya, Arabella menyadari bahwa lelaki itu adalah lelaki yang sama yang membantunya semalam, salah satu pelanggan tetap cafe tempatnya bekerja.
"Dimana otakmu sehingga menyeberang terburu-buru seperti itu dan melupakan keselamatan dirimu?" Dahinya mengernyit, "Oh, keselamatan diriku juga, aku bisa saja membanting stir dan menabrak trotoar atau mobil lain tadi kalau aku tidak bisa mengerem tepat pada waktunya."
"Maafkan saya," Arabella bergumam lemah, sedikit gemetar tak tahan dengan tatapan tajam lelaki itu.
"Kau terluka?" tanya lelaki itu cepat, matanya menelusuri seluruh tubuh mungil Arabella.
Arabella menggelengkan kepalanya, "Tidak. Saya tidak apa-apa."
"Baguslah." Lelaki itu mendengus kesal, "Lain kali hati-hati!" dengan ucapan penutup yang sinis itu, lelaki itu membalikkan tubuhnya dan memasuki mobilnya kembali, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Arabella yang mundur ke pinggir.
ღ ღ ღ ღ ღ
Setelah selesai mencuci entah ratusan piring dan panci, wajan serta peralatan masak lain yang berukuran besar dan lengket, Arabella menyandarkan tubuhnya di dinding dan menghela napas panjang.
Entah berapa jam dia berkutat dengan kegiatan itu, ditatapnya kedua telapak tangannya dan mengernyit, kulit telapak tangannya sudah keriput karena terus-terusan terkena air dan di beberapa sisi mulai terasa pedih akibat kontak terlalu intens dengan sabun cuci.
Arabella menghela napas panjang, berusaha menyemangati dirinya sendiri dan menegakkan tubuhnya. Pekerjaannya masih banyak, dan dia harus semangat. Dia masih membutuhkan pekerjaan ini.
ღ ღ ღ ღ ღ
Terimakasih sudah membaca.
Love KRN