Arabella sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan. Ini sudah menjadi rutinitasnya.
Ketika Arabella menaruh telur mata sapi di atas piring, bel pintu apartemen berbunyi, membuat Arabella mengernyitkan keningnya.
Mereka hampir tidak pernah menerima tamu di penthouse ini. Hanya Raiden dan Ella satu-satunya tamu yang pernah datang kemari sejak Arabella tinggal di sini, dan mereka memiliki kunci penthouse, jadi Arabella tidak perlu repot membukakan pintu untuk mereka.
Kalau begitu siapa?
Dengan langkah ragu, Arabella melihat di intercom. Dia mengernyit, tidak mengenali pria yang berumur dengan wanita muda di sampingnya.
Mungkin saja lelaki itu ayah kandung Lucifer, tapi mungkin saja bukan.
Arabella harus berhati-hati membuka pintu untuk orang asing. Dia harus membangunkan Lucifer.
Ini pertama kalinya Arabella membangunkan Lucifer. Biasanya pria itu akan bangun sendiri.
Dengan ragu, Arabella mengetuk pintu kamar Lucifer. Pelan... sekali, dua kali, dan kemudian sedikit lebih keras. Tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Arabella akhirnya memberanikan diri memegang handel pintu yang ternyata tidak dikunci itu. Dari celah pintu yang terbuka sedikit, Arabella bisa melihat Lucifer masih tertidur pulas, terbaring terngkurap di atas ranjang berukuran besar.
Selimut polos berwarna gelap tampak menggumpal di pinggangnya, sementara seperti biasa, lelaki itu tidur bertelanjang dada.
Arabella melangkah masuk, berdiri ragu di depan pintu kamar, kemudian memanggil Lucifer.
"Lucifer," suaranya agak keras, berharap bisa membangunkan lelaki itu dari jarak jauh, tapi rupanya usahanya sia-sia karena Lucifer tampak pulas bahkan tidak bergerak dari posisinya.
Ragu, Arabella melangkah mendekat lagi, menelan ludahnya ketika sudah berdiri di sisi ranjang, menatap punggung telanjang Lucifer yang berotot dan indah.
Dan satu hal yang baru di sadari Arabella. Lucifer bukan hanya bertelanjang dada. Tapi dia benar-benar telanjang.
Karena selimutnya sedikit tersingkap dan menampakkan sedikit pemandangan pantat Lucifer.
Arabella pun menelan ludah dan menggelengkan kepalanya.
"Lucifer?" Arabella setengah membungkuk di dekat lelaki itu.
Tetapi panggilannya hanya mampu menghasilkan sedikit kerutan di alis Lucifer. Sambil menghela napas, Arabella meletakkan jemarinya di pundak telanjang Lucifer, merasakan dirinya merona ketika kulit hangat itu menempel di telapak tangannya.
"Lucifer?" Arabella mengguncang pundak Lucifer.
Seketika itu juga, jemari kuat Lucifer menarik Arabella, membuat Arabella memekik ketika lelaki itu membanting tubuh Arabella keatas ranjang dan kemudian menindih tubuhnya.
Arabella berusaha meronta, tapi pegangan Lucifer kepada dirinya sangatlah kuat. Mata lelaki itu setengah terpejam, sepertinya masih setengah tidur, dan senyumnya begitu sensual.
"Kau ingin menggodaku di pagi hari sayang?" Lucifer berbisik serak, lalu mengecup leher Arabella, membuat sekujur tubuh Arabella merinding.
Dan tiba-tiba Arabella merasakan ada benda keras dan hangat yang menempel di pahanya.
Dia langsung memekik dan mendorong tubuh Lucifer sekuat tenaga, membuat lelaki itu tersentak dan kemudian membuka matanya, kali ini benar-benar sadar.
Lucifer tampak mengerjap bingung, dia kemudian menunduk, menatap Arabella yang tertindih olehnya dan mengerutkan kening.
"Kenapa kau ada di sini?"