Chapter 9

500 24 2
                                    

Ketika terbangun, mata Arabella langsung mencari jam, dia sedikit terperanjat dan langsung duduk. 

Rupanya dia ketiduran akibat suasana kamar yang begitu nyaman. Dan sekarang sudah jam tujuh malam. 

Astaga... sangat memalukan.

Setengah melompat, Arabella masuk ke kamar mandi, dan segara mandi. Setelah selesai, Arabella memakai pakaiannya dan membuka pintu kamar dengan hati-hati.

Suasana tampak lengang, suasana di penthouse ini remang-remang, dan hanya terdengar suara TV yang sayup-sayup, Arabella melangkah ke ruang tengah dan mendapati Lucifer sedang tidur tengkurap di sofa, pria itu telanjang dada, hanya mengenakan celana panjang santai dan tampak sangat lelap. 

Pipi Arabella terasa panas ketika mengamati punggung telanjang Lucifer yang berotot dan dia merasakan hal enah lagi pada tubuhnya, dia melangkah dengan sangat hati-hati melewati Lucifer dan kemudian melangkah menyeberangi ruang tengah untuk mencari dapur.

Arabella akan memasak makan malam, setidaknya ketika Lucifer bangun, makanan sudah tersedia. 

Di dapur, Arabella melihat sebuah kulkas besar berwarna hitam, dengan hati-hati Arabella membuka kulkas itu dan takjub karena isinya begitu lengkap. 

Apakah pelayan yang dulu pintar memasak?

Atau Lucifer yang memasak?

Entahlah,  tapi yang jelas Arabella mulai mikirkan apa yang akan dia masak, karena dia tidak tahu apa yang Lucifer sukai.

Setelah mengecek isi kulkas dan konter yang berada di dapur itu. Akhirnya Arabella memutuskan memasak Spaghetti Marinara dan Garlic Bread.

Dan setelah berkutat di dapur sekitar 1 jam, makanan pun sudah siap santap. Arabella menyajikan 1 piring pasta dan semangkuk garlic bread.

"Baunya enak." Arabella memekik, hampir menjatuhkan kotak jus yang baru dia ambil dari lemari pendingin. 

Dengan gugup Arabella menatap Lucifer dan tersenyum.

"Aku memasak dengan bahan-bahan yang ada, kuharap kau menyukainya."

Lucifer hanya menganggukan kepalanya, masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana santainya yang sedikit melorot di pinggang, dia tampaknya tidak terganggu dengan pipi Arabella yang memerah karena penampilannya, pria itu duduk di kursi tinggi di meja dapur, dan bertopang dagu.

"Sudah siapkan? Aku sudah lapar."

Arabella menggangguk dan menyajikan makanan di depan Lucifer, tak lupa segelas jus jeruk dan 1 botol air mineral.

Lucifer takjub dengan makanan yang tersaji, meski hanya dua jenis, setidaknya gadis itu tau caranya memasak. Lalu dia mengangkat kepalanya dan mengernyit.

"Kau tidak makan?" Tanyanya.

Arabella meremas-remas kedua tangannya, kebiasaannya jika merasa gugup dan bingung.

"Aku... eh... bukankah pelayan tidak makan bersama majikan?"

Lucifer terkekeh, tawa yang mencairkan wajah dinginnya yang tampan.

"Memangnya kau hidup di jaman apa? Bukankah sudah ku bilang, kau bisa menganggap seperti di rumah sendiri? Ayo makan bersamaku."

Arabella pun tersenyum dan mulai mengisi piringnya sendiri. Dia duduk di sebelah Lucifer yang sudah terlebih dahulu menyantap makanannya.

"Aku tidak menyangka, kau bisa memasak," kata Lucifer ketika mengunyah garlic bread yang renyah.

"Aku terbiasa mendapatkan tugas memasak di panti asuhan," jelas Arabella.

His LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang