Chapter 8

543 28 0
                                    

Dalam perjalanan pulang, ponsel Lucifer berbunyi, dia mengernyitkan keningnya ketika melihat itu adalah nomor dari pengacara keluarganya.

"Ada apa?" Lucifer langsung menjawab dengan nada gusar seperti biasa. 

Pengacara keluarganya sepertinya sudah kebal dengan nada suara Lucifer yang tidak menyenangkan itu.

"Ayahmu. Beliau ingin bicara langsung denganmu, saat ini dia menunggu di sebelahku."

"Kenapa dia tidak menghubungiku saja langsung?"

Pengacara keluarganya menarik napas panjang. 

"Kau tahu kenapa Lucifer, kalau dia menghubungimu langsung, kau tidak akan mengangkatnya."

Lucifer mendengus, "Memang. Dan katakan padanya aku tidak tertarik."

"Lucifer." suara pengacara keluarganya terdengar sabar, "Kau harus mendengarkan. Ini menyangkut masalah warisanmu. Beliau sudah mengatur pernikahanmu dengan seorang gadis dari keluarga baik-baik."

Arabella  bisa mendengar percakapan itu, karena Lucifer sedang menyetir jadi dia mengangkat telefonnya melalui speaker di mobilnya.

Dan entah kenapa Lucifer tampak tidak keberatan jika Arabella mengetahui isi percakapannya itu.

Wajah Lucifer tampak menggelap setelah mendengar kata-kata yang keluar dari lawan bicaranya.

ღ ღ ღ ღ ღ

Arabella melirik ke arah Lucifer dengan takut, mendadak merasa tidak nyaman berada di dalam mobil itu, apalagi ekspresi Lucifer tampak sangat marah, menakutkan.

Pria itu mencengkeram kemudi dengan kuat sampai buku-buku jarinya memutih dan kemudian mulai membawa mobil dengan cepat, untunglah mereka ada di jalan bebas hambatan yang lengang. 

Tapi walaupun begitu, jantung Arabella serasa berpacu ketika Lucifer semakin dalam menginjak gas mobilnya, membuatnya berpegangan pada sabuk pengamannya dan berdoa dalam hati karena ketakutan. 

Kalau gaya Lucifer menyetir memang seperti ini, dia tidak akan mau pergi dengan laki-laki itu lagi.

ღ ღ ღ ღ ღ

Mereka sampai di gedung apartement Lucifer dan pria itu masih membisu, membuat suasana tidak enak, pria itu lalu membuka pintu penthouse-nya dan mempersilahkan Arabella masuk.

"Silahkan, anggap seperti rumah sendiri," Lucifer bergumam memecah keheningan. 

Dia lalu masuk mengikuti Arabella dan membanting tubuhnya di sofa, menyalakan televisi. Lama kemudian suasana tetap hening sehingga Lucifer menoleh ke belakang dan mengangkat alisnya ketika melihat Arabella masih berdiri di sana dengan gugup di dekat sofa sambil meremas jemarinya. 

"Kenapa kau masih berdiri di situ?"

Lucifer tampak terkejut menatap Arabella.

Pipi Arabella merah padam, dia tampak malu.

"Mmmm... aku... aku tidak tahu harus kemana..."

Dengan sedikit gusar Lucifer berdiri, merasa agak menyesal karena suasana hatinya yang buruk membuat Arabella terkena imbasnya.

Ya. Telepon pengacara keluarganya tadi benar-benar merusak moodnya. 

Lucifer langsung menutup telepon setelah mengucapkan penolakan yang kasar, tidak memberi kesempatan pengacara keluarganya untuk berbicara lagi.

Dasar pria tua yang kurang ajar. 

Meskipun tahu itu salah, Lucifer terus menerus mengutuki ayahnya. Seenaknya saja dia berusaha kembali mengatur kehidupan Lucifer setelah dulu dia mengusir Lucifer hanya karena istri muda ayahnya tidak menyukai Lucifer. 

Setelah menghela napas panjang, Lucifer menatap Arabella yang tampak kebingungan dengan ekspresinya yang berubah-ubah. 

Kasihan juga gadis ini. Lucifer yakin demamnya masih belum begitu reda, sekarang harus menghadapi emosinya pula.

"Kemari, kutunjukkan kamarmu. Kau akan tinggal di kamar tamu yang lebih kecil, karena di sini tidak ada kamar untuk pelayan."

Sambil mulai berjalan, Lucifer terus berbicara.

"Lain kali jangan bersikap canggung di sini, kita hanya berdua dan sikap canggungmu membuat suasana tidak enak. Lakukan apa yang kau suka, anggap saja rumah sendiri, kalau kau ingin menonton televisi silahkan, kalau kau ingin membuat makanan silahkan, lakukan apa saja yang kau suka, nanti kita akan membahas beberapa aturan, apa yang boleh dan tidak boleh di rumah ini, tapi sekarang kau boleh beristirahat dulu. Aku juga lelah, ingin tidur siang." 

Lucifer membuka pintu kamar dan melirik ke arah Arabella. 

"Masuklah dan istirahatlah dulu, nanti malam kita bicara."

Setelah itu, tanpa melirik sedikitpun pada Arabella, Lucifer berlalu.

"Terimakasih..." Arabella berseru gugup, entah Lucifer mendengarnya atau tidak karena pria itu sudah melenggang kembali ke ruang tengah.

Arabella memasuki kamar itu, kamar yang bernuansa sama dengan tempatnya di rawat ketika dia demam tapi berukuran lebih kecil. 

Walaupun ukurannya tidak seluas kamar yang sebelumnya dia tempati di penthouse ini, tapi kamar ini jauh lebih luas jika di bandingkan dengan kamar di apartemennya dulu. 

Semuanya lengkap, dari ranjang yang besar di tengah, lemari berwarna krem yang elegan dan meja rias yang dilengkapi dengan kaca minimalis yang begitu bening.

Setelah puas melihat-lihat dia menutup pintu kamar tersebut dan berjalan menuju tempat tidur. Arabella mulai membuka tasnya dan mulai mengeluarkan barang-barang yang dia bawa. 

Di bukanya lemari dua pintu berwarna krem itu dan mulai memindahkan pakaiannya ke dalam lemari, ketika selesai dia tersenyum masam dan merasa malu, keseluruhan pakaiannya bahkan tidak bisa memenuhi lemari itu.

Arabella lalu mengatur makeup yang dia miliki di meja rias dan lagi-lagi meja itu tampak kosong dan menyedihkan karena Arabella tidak banyak menggunakan makeup, dia hanya memiliki makeup yang sangat dasar.

Sedangkan untuk pemotretan, dia akan di dandani di sana oleh penata gaya. Jadi Arabella tidak perlu repot membeli makeup yang sangat jarang ia gunakan.

Setelah puas memandang kembali suasana kamarnya yang baru, Arabella melongok ke ruangan lain yang ada di kamar itu. 

Dan ternyata itu kamar mandi.

Arabella tidak menyangka bahwa akan ada kamar mandi pribadi di dalam kamar ini! 

Arabella melihat sabun, shampoo yang telah tersedia dalam wadah khusus di dinding, lalu ia menambahkan sikat gigi dan lotion yang di bawanya dan tersenyum puas. 

Sambil bersenandung, Arabella membanting tubuhnya di tempat tidur, senyuman masih menghiasi wajahnya.

Kalau di pikir-pikir lagi, Lucifer tidak menyeramkan. Dia pria yang sangat baik hati.

Dan dengan pemikiran itu, mata Arabella pun mulai tertutup dan dia memasuki alam mimpi yang indah.

ღ ღ ღ ღ ღ

Kalau ada bertanya-tanya 'bakal ada adegan dewasa-nya gak?'

Jawabannya adalah ADA....

Chapter berapa?

Tunggu aja ya...

Terimakasih sudah baca..

Love KRN

His LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang