Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.
***
Soobin baru saja masuk ke rumah dan melihat mamanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu sedang menatapnya dengan intens."Apa?" tanya Soobin sambil berjalan masuk dan ingin segera ke kamar, namun tangan ibunya langsung menahannya.
Soobin akhirnya segera melepaskan tangan ibunya dengan kasar, dia benci dipegang-pegang, rasanya seperti ingin menyakiti dirinya, walaupun itu tidak terjadi.
Trauma yang dialaminya sampai membuatnya menjadi takut dipegang oleh seseorang.
Mau itu ibu sendiri ataupun keluarganya, dia gak suka disentuh.
"Tidak perlu memegangku, ibu mau berbicara apa?" tanya Soobin sambil duduk di sofa dengan santai lalu menoleh kearah tv dimana ada berita tentang korban gantung diri di kampusnya itu.
Oh, orang yang dia bunuh kemarin, dia membunuhnya karena orang itu terlihat menyebalkan, dia gak ada urusan sama tuh cowok, tapi dia gak suka kalau tuh cowok berbuat kasar ke orang lain.
Apalagi saat itu dia melihat cowok itu menampar perempuan, mungkin pacar tuh cowok, dia gak suka melihat orang tersakiti, maka jiwa Soobin satunya mulai melakukan hal itu.
"Kamu yang melakukannya?"
"Kalau iya kenapa? Ibu mau apa?" jawab Soobin yang malah balik bertanya ke ibunya yang cuma bisa menghela nafasnya ketika mendengar ucapan anaknya itu.
Dia tau ini bukan jiwa Soobin yang asli, jiwa asli anaknya sangat baik dan menurut, walaupun dia memang tidak mau dipegang juga karena trauma.
"Hentikan hal itu, Soobin."
"Aku tidak mau."
Soobin menatap kearah ibunya sambil tersenyum miring, dia gak mau menuruti perkataan ibunya, dia akan tetap melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Lagipula dia gak pernah ketahuan kok, dia melakukannya juga pakai rencana gak asal langsung melakukan, jadi dia pastikan gak akan ada jejak atau bukti apapun disekitarnya.
Terbukti kan? Polisi tidak menemukan tanda-tanda apapun.
"Ibu tidak mau kamu ditangkap polisi atas semua kasus yang kamu lakukan," lanjut ibunya tapi Soobin tidak menghiraukan sama sekali, jika dia suka melakukannya, kenapa ibunya melarangnya coba.
Harusnya orang ataupun siapapun berterima kasih ke dirinya, karena orang jahat ataupun siapapun yang melakukan kejahatan akan dibunuh olehnya, walaupun dia juga melakukan kejahatan.
Membasmi kejahatan dengan sebuah kejahatan juga.
"Ibu diam, aku gak akan menghentikannya atau ibu mau aku buat seperti ayah?"
Ibunya itu terdiam dan Soobin tertawa melihat raut muka ibunya yang tampak terdiam itu.
Soobin akhirnya bangkit dari duduknya dan segera berjalan ke kamarnya.
Sebelum pulang tadi dia membeli sesuatu di sebuah toko kimia, dia akan melakukan sesuatu ke cewek tadi, gak akan dia bunuh kok.
Tapi dia akan membuat cewek itu sengsara seumur hidup karena sudah berani menghinanya.
Matanya menatap kearah cairan yang ada di botol kecil ditangannya, dia akan menaruh cairan ini ke minuman tuh cewek dan lihatlah apa yang akan terjadi besok, ya besok dia akan melakukannya.
Untuk saat ini, dia akan membiarkan jiwa asli Soobin mengambil alih tubuh ini, tapi untuk besok dia akan ambil alih lagi.
Soobin menghela nafasnya ketika tau dirinya yang berbahaya baru saja menguasai tubuhnya.
Matanya menatap kearah botol kecil yang ada disana, entahlah apa yang direncanakan jiwa satunya, tapi dia gak akan ikut campur.
Saat itu dia pernah ingin menggagalkan rencana dirinya yang berbahaya, namun tubuhnya langsung diambil alih, dirinya terlalu lemah untuk melawan jiwa satunya, bukan dirinya membiarkan saja, tapi karena dirinya itu lemah.
Lalu dia melihat kearah grupchat kelasnya, dimana dia bisa melihat chat dari Yeonjun yang merupakan ketua kelas itu mengabarkan bahwa besok akan ada kelas pagi.
Berarti dosennya akan masuk pagi besok, Soobin akan pergi mandi, lalu tidur, dia tidak nafsu untuk makan malam.
***
Yeonjun menyapa Soobin yang baru saja masuk ke kelas, dirinya sudah datang dari tadi karena disini enak aja, walaupun sepi, ini saja hanya ada dirinya dan Soobin dikelas."Pagi."
"Pagi," sapa Soobin sambil menatap sekilas kearah Yeonjun lalu menunduk, tampak sedang memikirkan sesuatu.
Yeonjun akhirnya bangkit dari duduk dan menghampiri Soobin.
Dia memegang tangan Soobin yang baru saja mau duduk itu.
Soobin hanya diam, ini bukan jiwa Soobin yang asli, ini jiwa Soobin yang berbahaya, tapi sebentar kenapa dia gak menarik tangannya langsung agar pegangan Yeonjun terlepas darinya.
Kenapa dia membiarkan saja coba? Soobin cuma bisa memikirkan hal itu sambil menatap kearah tangannya yang masih dipegang oleh Yeonjun.
"Ah maaf, aku hanya penasaran, kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Yeonjun sambil melepaskan tangannya dari tangan Soobin.
Soobin menggelengkan kepalanya, selalu saja begitu jawabannya, gelengan terus, Yeonjun yakin Soobin ada masalah, tapi cowok di hadapannya itu tertutup sekali.
"Tidak, aku baik-baik saja, emangnya aku tampak memiliki banyak masalah?" jawab Soobin sambil menatap kearah Yeonjun, dirinya agak kaget ketika melihat Yeonjun mendekatkan dirinya ke Soobin.
"Apa ya? Kamu tampak menyembunyikan sesuatu, intinya kalau kamu butuh teman cerita, jangan sungkan untuk cerita ke aku, kalau gak mau disini, dimanapun jadi, aku akan menemanimu dan mendengarkan ceritamu, ok?" balas Yeonjun sambil tersenyum lalu secara reflek mengusap rambut Soobin.
Soobin masih saja diam saat ini, dia akhirnya tau kenapa dia gak bisa membuat Yeonjun langsung melepaskan tangannya, karena Yeonjun itu sama berbahayanya.
Jika dia bertingkah semakin aneh, maka semakin penasaran Yeonjun dengan dirinya.
Dia yakin, tadi bukan karena dia suka dipegang oleh Yeonjun ataupun rambutnya diusap oleh cowok tersebut, tapi karena dirinya sedang waspada saat ini.
"Apaan nih pagi-pagi melihat hal romantis aja, kalian pacaran? Kok diam-diam aja?" ucap anak cewek yang baru saja masuk ke dalam kelas ini, dia cewek yang sangat aktif juga.
Suka sekali berbicara dengan Yeonjun, sampai anak kelas curiga mereka berdua pacaran, Soobin juga berpikir hal yang sama.
Tapi setelah dilihat-lihat lagi, mereka tidak terlihat pacaran sama sekali, malah lebih ke teman pada umumnya.
Kenapa juga dia memikirkan hal gak penting begitu? Fokus Soobin, dia akan memberikan cairan ini ke minuman tuh cewek yang menghinanya kemarin agar dia sengsara seumur hidup dan gak bisa menghinanya lagi.
"Oh iya Chaebin, aku dengar bakalan ada festival di kampus?"
"Iya, penyambutan mahasiswa baru, banyak junior yang belum kenal dengan apa saja yang ada di kampus, lagipula kasihan mereka sempat dimarahin sama kakak senior kita, biasalah hal itu terjadi, kita juga pernah, pas awal masuk," jawab Chaebin sambil tertawa membuat Yeonjun tersenyum mendengar itu.
Soobin yang ada disana cuma menyimak pembicaraan mereka, entah ngapain coba dia, harusnya gak ada hubungan dengan dirinya.
Yakin, mereka berdua gak pacaran? Soobin kembali memikirkan hal ini, padahal gak ada hubungan sama dia sama sekali.
Tbc.
Hehehe, aku nulis apaan yak? Tampak lebih beda dari book thrillerku yg lainkan?:)
Jangab romantis dulu, biarkan saja seperti teman aja, apa mau romantis? Komen aja sih.
Ok, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Salam,
Anaknya Taekook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Search -yeonbin✔
FanfictionKetika Yeonjun mencari siapa sosok pembunuh yang berkeliaran di kampusnya, tanpa tau bahwa teman sekelasnya sendirilah yang melakukannya. ©2021