[XI] Perlahan Percaya

151 97 24
                                    


Temans, kalau kalian suka cerita ini dan penasaran nunggu lanjutannya, bantu support cerita saya dengan cara vote, komen, dan share cerita ini yaa! Serius, deh. Realistis aja, saya bukan budak vote juga, kok. Tapi gak bisa dipungkiri, vote dan komen kalian berpengaruh bgt buat naikin rank cerita ini dan memperbesar potensi cerita saya buat lebih banyak dilihat orang di dunia oranye ini.

Saya juga gak mau bohong, kalau vomment kalian itu salah satu semangat terbesar saya untuk terus nulis cerita ini. Walau tanpa itu pun saya udah bertekad 'BTTAU' ini bakal tetep saya tamatkan di Wattpad, kok.

Jadi, mohon bantuannya ya! Kita kerjasama untuk menyenangkan kedua belah pihak *tsah* wkwk. Kalau penulisnya happy, update juga pasti lebih sering. Readers juga pasti happy karena dapet asupan update terus.

Oke? Nah, kebanyakan cuap-cuap kan, saia. wkwk.

Let's check this out!

Btw, ini part yg saya tunggu-tunggu, nih.

Happy reading, Yeoreobuns!


***

Republik Korea Selatan, Juni 2070.

Youngjoon mengambil tempat duduk paling ujung di dalam sebuah minimarket tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia meletakkan ramyeon instan berikut sumpit dan sebotol air mineral di meja. Dari tempatnya duduk, pria itu dapat melihat lalu-lalang kendaraan dan pejalan kaki yang melewati jalanan di depan minimarket ini. 

Saat ini pukul sembilan malam dan jalanan masih ramai dipadati oleh pejalan kaki─mayoritas adalah pegawai kantoran yang baru pulang bekerja. Sesekali beberapa mobil lewat dengan kecepatan sedang. Jalan ini memang tidak terlalu lebar dan hanya cukup untuk dilewati sebuah mobil dan motor, namun selalu ramai karena merupakan salah satu akses dari jalan utama menuju permukiman padat penduduk di wilayah Yongsan.

Youngjoon menyeruput mi-nya dengan lahap, tidak menghiraukan asap yang masih mengepul dari mi tersebut. Sesekali ia mengembuskan napas pendek-pendek untuk menghalau rasa pedas yang cukup menyengat lidah. Pagi tadi, seusai berolahraga di pinggiran sungai Han, lelaki itu menyempatkan diri membeli beberapa peralatan dan bahan-bahan di sebuah toko yang menjual perkakas rumah tangga. 

Sepanjang siang hingga malam menjelang, Youngjoon sibuk melakukan beberapa renovasi dan modifikasi kecil-kecilan di bagian dalam rumahnya. Misalnya; mengganti keran air di wastafel, mengganti bohlam lampu, alat pengunci pintu digital, memelitur lemari pakaian dan beberapa perabot berbahan dasar kayu─yang tampak usang termakan usia dan menguarkan aroma lembab yang pekat─ mengecat dinding, dan membuat sebuah rak untuk menggantung alat-alat mandi.

Setelah menyelesaikan aktivitas produktifnya itu, Youngjoon baru menyadari dirinya sama sekali belum mengkonsumsi makanan berat sejak pagi. Ia hanya sempat minum segelas susu dan makan pisang untuk sarapan tadi pagi. Oleh karena itu Youngjoon memutuskan pergi ke minimarket untuk membeli ramyeon. Stok makanan instan di rumahnya sudah menipis dan pria itu terlalu lapar untuk menunggu nasi matang. Saking sibuknya, ia sampai lupa memasak nasi dan terpaksa masak dengan terburu-buru sebelum ke minimarket. 

Youngjoon menghela napas panjang. Sangat di luar kebiasaannya sekali melakukan sesuatu yang tidak terencana seperti ini. Ia biasanya sangat cekatan, disiplin, dan selalu penuh persiapan. Rutinitasnya konstan dan terjadwal. Berada selama beberapa hari di zaman ini tampaknya membuat kebiasaannya sedikit berubah.

Setelah menandaskan semangkuk mi instan dan menghabiskan air mineralnya, pria itu beranjak meninggalkan minimarket. Dia tak ingin berlama-lama berada di luar rumah. Tubuhnya sudah meneriakkan kata istirahat dan sepertinya memang itu yang ia butuhkan segera. Lelaki itu melangkah cepat, sebelah tangannya menenteng kantung belanja berisi makanan instan yang baru saja ia beli, sementara sebelahnya lagi dimasukkan ke dalam kantung jaketnya.

Between The Time and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang