[IV] Bantuan Sang Penolong

208 150 41
                                    

Selamat Membaca!

***

Yeeun menatap pria di hadapannya dengan tatapan heran yang tak berusaha disembunyikannya. Pria itu tampan, malah bisa dikatakan sangat tampan untuk ukuran orang biasa yang kebetulan ditemuinya di jalan. Yeeun memikirkan kemungkinan bahwa pria itu adalah seorang aktor, idol, atau anak konglomerat yang tak dikenalnya karena dirinya memang tidak terlalu mengikuti perkembangan berita selebriti terkini.

Tubuh pria itu sangat tinggi, lebih tinggi dari Yeeun yang termasuk sudah cukup tinggi untuk rata-rata wanita Korea─hingga Yeeun harus sedikit mendongak untuk menatap matanya ketika berbicara─ tegap, dan terlihat proporsional dalam balutan setelan jas hitam mahal yang tampak sempurna membalut tubuh pria tersebut. 

Yeeun juga menyadari jika di telinga kiri pria tersebut terpasang alat komunikasi khusus seperti yang pernah dilihatnya digunakan oleh orang-orang yang bekerja di stasiun televisi, petugas keamanan, atau penyanyi. Entah apa namanya, ia tidak tahu. Setelah pemindaian singkatnya, Yeeun mengangkat dagu, mengambil keputusan untuk jawaban yang akan diberikannya pada pria ini.

"Kupikir kita sudah impas. Jadi tidak perlu saling berhubungan lagi. Minta tolonglah pada orang lain, apapun yang kau butuhkan. Aku pergi dulu."

Yeeun berbalik dan melangkahkan kaki untuk pergi, tetapi langkahnya seketika terhenti karena cengkeraman pria tersebut pada pergelangan tangannya. 

"Aw!" Refleks, ia mengaduh karena cengkeraman pria itu yang terasa terlalu kencang. Namun pria itu tak menghiraukan pekikannya dan malah memperkuat cengkeramannya. Membuat Yeeun mau tak mau menggertakan gigi menahan diri untuk tidak berteriak dan menendang selangkangan pria ini di depan umum hingga menciptakan keributan.

"Apa yang kau lakukan?" Yeeun melemparkan tatapan tajam, sekuat tenaga berusaha melepaskan tangannya dari cekalan pria tersebut. Namun upayanya tidak berhasil, malah membuat tangannya justru terasa nyeri. 

Pria itu pun, masih dengan wajah datar dan ekspresi kaku yang kental, menarik Yeeun dan membawanya ke pinggir jalan yang lebih sepi dari lalu-lalang pejalan kaki. Mencegah kecurigaan dari pejalan kaki lain pada gelagat keduanya yang tampak seperti hendak bertengkar.

"Aku perlu bantuanmu." ulang pria itu kembali, kali ini nadanya terdengar tegas dan sungguh-sungguh. 

Cengkeramannya pada tangan Yeeun mengendur, namun tetap sulit dilepas hingga Yeeun berpikir kemana menghilangnya kemampuan bela diri dan tenaga hasil latihan kerasnya yang telah ia pelajari selama bertahun-tahun sampai bisa tidak berdaya di bawah tekanan pria asing ini.

"Dan beginikah caramu meminta bantuan pada orang lain?" Yeeun menyahut sinis. Tak bisa menyembunyikan nada kesal dalam suaranya karena ketidakberdayaan dirinya dalam situasi ini. 

Pria asing itu tampaknya cukup terpengaruh oleh kata-kata tajam yang dilemparkan Yeeun. Rahangnya mengeras dan alisnya berkerut sesaat. Dengan enggan, ia melepaskan tangan Yeeun dan menatap wajah Yeeun yang masih diliputi kekesalan. Namun sikap tubuhnya tetap waspada dan seolah bersiaga kalau-kalau gadis di hadapannnya memilih melarikan diri.

"Baiklah, maaf. Tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu sekarang. Bisakah kau menolongku?" tanya pria itu akhirnya, dengan nada yang sedikit lebih tenang dan bersahabat.

Yeeun menatap pria di depannya ini dengan tatapan tak mengerti. 

Bukankah bantuannya tadi sudah cukup? 

Lagi pula, pria ini sepertinya tidak mengenalnya. Kalaupun mengenalnya, pria ini sama sekali tidak menunjukkan reaksi terkejut atau tertarik padanya. Dan hal itu sebenarnya sedikit mengusik pikiran Yeeun. Ternyata dirinya memang tidak sepopuler seperti yang diberitakan media selama ini. Yeeun menggeleng kecil dan mengusir pikirannya yang sudah mulai melantur kemana-mana.

Between The Time and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang