[VII] Mulai Bersandiwara

170 132 17
                                    


Selamat tahun baru 2021!

Tahun ini, semoga menjadi manifestasi segala angan,

yang selalu terpatri dalam doa dan ingatan. ─ aksarasata

Selamat membaca!


***

Sinar matahari menembus celah kedua mata yang tengah tertutup rapat tersebut. Mulanya samar, kemudian lambat laun semakin menunjukkan eksistensinya hingga si pemilik mata perlahan mulai membuka matanya yang masih terasa berat. Youngjoon mengerjapkan mata selama beberapa detik, berusaha menyesuaikan pandangannya dengan visualisasi penuh cahaya di hadapannya. 

Tatkala kesadaran sudah melingkupi dirinya sepenuhnya, Youngjoon terduduk di pinggir ranjang. Tangannya meraih arloji miliknya di nakas untuk memeriksa jam, namun ia teringat jika arloji tersebut menjadi tidak berfungsi setelah dirinya terlempar ke zaman ini.

Membuang napas panjang, Youngjoon bangkit dan melangkah ke luar kamar. Untung saja kemarin ia sudah membeli sebuah ponsel sederhana yang tentu saja berasal dari uang milik Yeeun. Meski harus mendengarkan keluhan dan gerutuan bernada kesal dari gadis itu karena merasa Youngjoon tengah memerasnya, namun akhirnya ia tetap membelikan segala keperluan yang Youngjoon butuhkan karena kesepakatan yang telah mereka buat sebelumnya.

Youngjoon membuka ponsel tersebut dan melihat jam. Masih pukul tujuh pagi. Sepertinya ia terlalu awal memulai harinya. Alisnya naik ketika melihat ada sebuah pesan masuk yang baru dilihatnya karena semalam ia mematikan ponsel. Pesan dari Yeeun.

Besok kau bisa datang jam sebelas siang. Kabari aku jika sudah berangkat. Jangan ketuk pintu sebelum aku balas pesanmu.

Alis Youngjoon terangkat lagi membaca pesan tersebut. Gadis itu tidak mau repot-repot mengirim beberapa pesan dan memilih merangkumnya sekaligus dalam satu pesan. Youngjoon tidak mengerti mengapa Yeeun tampak sangat khawatir tentang rencana kunjungannya ke rumah gadis itu hari ini. 

Sejak kemarin berkali-kali ia mengingatkan Youngjoon agar mengabarinya jika sudah berangkat dan jangan sampai ibunya yang membuka pintu rumah ketika Youngjoon tiba nanti. Padahal Youngjoon sendiri cukup santai dan bahkan telah menyiapkan beberapa jawaban yang kemungkinan akan ditanyakan orang tua Yeeun nanti.

Sebagai seorang militer dan dengan pekerjaan yang ia lakoni, membuat Youngjoon terbiasa menyusun strategi dan memikirkan berbagai skenario atau kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi pada target yang dilindunginya di kemudian hari. Pekerjaan dan latar belakangnya tersebut tidak hanya menuntut kekuatan fisik, melainkan juga kecerdasan dan kemampuan bertahan hidup yang baik di berbagai situasi.

Oleh karenanya ia bisa lebih tenang menghadapi situasi-situasi tidak terduga seperti ini. Karena dirinya terbiasa dilatih untuk mampu beradaptasi dan memecahkan masalah dalam situasi apa pun.

Youngjoon menghela napas pendek. Ia membalas pesan Yeeun dengan jawaban singkat.

Baiklah.

Setelahnya, Youngjoon beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap pergi ke rumah Yeeun.

Youngjoon menatap bayangannya di depan cermin. Sebuah jaket bomber warna hitam dengan kaus putih dibaliknya sudah ia kenakan. Sebagai bawahannya, Youngjoon mengenakan jeans biru pudar yang pas membungkus kedua tungkai kakinya yang panjang. Youngjoon mengangkat alis dan menilai penampilannya sendiri.

Dia sebenarnya tidak terbiasa mengenakan pakaian kasual seperti ini. Sehari-hari ia selalu mengenakan setelan jas hitam formal─mengingat pekerjaannya sebagai pengawal. Jikalau sedang tidak bertugas pun, Youngjoon biasanya tetap memakai kemeja dan celana bahan formal, atau seragam militernya karena ia lebih sering menghabiskan waktunya di istana untuk melatih para juniornya yang dipersiapkan menjadi penerus pengawal Kerajaan. 

Between The Time and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang