[XII] Siapa Lebih Bodoh

124 84 23
                                    


Hfft, akhirnya saya pun nggak tahan nge-save draft lama-lama. Gaskeun, lah!

Fyi, part ini lebih pendek dari part-part sebelumnya.

Selamat membaca!


****


Pengakuan Youngjoon masih sukar diterima akal sehat Yeeun. Namun, ia juga tak bisa memungkiri sebagian dari dirinya kini mulai memercayai perkataan Youngjoon. Bahwa lelaki itu berasal dari masa depan. Setelah berpikir lagi, Yeeun mulai bisa menghubungkan kejanggalan-kejanggalan yang sempat melintas di hatinya sejak pertemuan pertama mereka dengan pengakuan Youngjoon kemarin.

Masih segar dalam ingatannya saat pertama kali mereka bertemu dan terlibat insiden di jalanan. Youngjoon saat itu mengatakan ia tidak bisa ke kantor polisi. Bukan tidak mau, melainkan tidak bisa. Kalau saja Yeeun lebih peka waktu itu, seharusnya ia sudah bertanya-tanya kenapa lelaki itu mengatakan tidak bisa ikut ke kantor polisi.

Yah, memang, kata 'tidak bisa' bukan merupakan sebuah kata yang aneh. 'Tidak bisa' versi orang lain bermacam-macam sebabnya. Jika saja Yeeun bertemu orang lain pada hari itu dan bukannya Youngjoon, lalu orang itu juga mengatakan tidak bisa ikut ke kantor polisi, Yeeun mungkin akan memaklumi hal tersebut dan menganggapnya wajar. Karena setiap orang pasti memiliki urusan pribadi atau alasan lain yang lebih penting. 

Tapi tetap saja, segala hal mengenai Youngjoon memang terasa misterius sejak pertama kali mereka bertemu ketika insiden pencopetan tersebut. Pantas saja lelaki itu sampai meminta bantuan Yeeun─gadis asing yang baru dikenalnya─untuk bekerjasama agar tidak perlu pergi ke kantor polisi. Karena pria itu pasti akan bermasalah saat identitasnya tak bisa ditemukan. Seperti kemarin.

Lalu, ketika Youngjoon mengatakan profesinya sebagai seorang pengawal di depan orang tuanya. Kala itu Yeeun dan orang tuanya menganggap pria itu melemparkan sebuah lelucon, dan malahan menanggapinya dengan tawa. Kini Yeeun menyadari ada kemungkinan besar Youngjoon tidak berbohong mengenai profesinya itu. 

Terlebih, ia ingat di pertemuan pertama mereka ia sempat melihat lelaki itu mengenakan alat komunikasi di telinganya─yang kini Yeeun ketahui sebagai earpiece­─alat yang biasa digunakan oleh pengawal dan orang-orang berprofesi tertentu.

Yeeun juga baru menyadari jika waktu itu ia sempat keheranan kala mengetahui Youngjoon tidak membawa barang apapun saat pindah ke rumah atap. Jika memang yang dikatakan Youngjoon benar, bahwa ia terdampar ke masa lalu─atau masa Yeeun saat ini─karena masuk ke mesin waktu, maka pantas saja lelaki itu tak sempat membawa barang apa-apa. Kedatangannya ke sini mungkin tidak terencana, dan sepertinya memang benar─mengingat Youngjoon yang tampak kurang persiapan─dan seolah tak tahu apa-apa tentang zaman ini.

Saat pria itu bertanya tentang Negara Denmark, Yeeun pikir pertanyaan itu sungguh konyol. Padahal mungkin saja di masa depan, sesuatu terjadi pada negara tersebut─sehingga Youngjoon bertanya padanya untuk memastikan­─dan Yeeun lagi-lagi menanggapinya dengan cemoohan.

Sekarang semuanya mulai jelas. Keanehan-keanehan yang sempat ia rasakan saat bertemu dan berinteraksi dengan Youngjoon, kini mulai menemukan alasannya. Yeeun tahu sedari awal jika lelaki itu cukup misterius, dan kini ia tahu apa penyebabnya. Namun kendati telah sedikit memercayai Youngjoon, tetap saja hal tersebut masih sulit diterima akal sehatnya.

Seseorang dari masa depan dan perjalanan melintasi waktu.

Yeeun pikir hal itu hanya terjadi dalam film atau cerita-cerita fiksi saja. Kenyataan bahwa hal tersebut kini terwujud di depan matanya sungguh menghantam rasionalitas Yeeun.

Between The Time and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang