Halo! Adakah yang masih setia baca cerita ini? xixixi
By the way, saya happy banget karena di bulan Januari ini turnamen-turnamen bulutangkis internasional kembali bergulir. 3 minggu berturut-turut dapat asupan tontonan berkualitas bulutangkis favorit saya. Jadi karena mood saya lagi bagus, saya post part baru ini.
Enjoy!
***
Setelah mengantar ayah Yeeun ke mobil karena pria paruh baya tersebut harus kembali ke kantor, Yeeun dan Youngjoon akhirnya memiliki waktu untuk bicara berdua. Ibu Yeeun memilih melanjutkan aktivitasnya membuat roti dan kue yang sempat tertunda. Guna menghindari kemungkinan ibunya mendengar pembicaraan mereka, Yeeun mengajak Youngjoon ke taman kecil di halaman rumahnya. Taman itu berada tepat di depan kamarnya, hingga ia tadi bisa menelepon sembari mengawasi pergerakan Youngjoon dari jendela kamarnya.
Yeeun memilih berdiri dan bersedekap, langsung melemparkan tatapan tajam pada pria yang masih bersikap tenang di hadapannya tersebut. "Kau memang berniat menghancurkan rencana kita, bukan?"
Youngjoon mengernyit. "Maksudmu?"
Pria itu memilih duduk di ayunan kayu yang sengaja ditempatkan di area taman rumah Yeeun. Tempat favorit gadis itu kala bosan dengan suasana kamarnya. Yeeun menatap sengit ke arah Youngjoon.
"Kita sudah sepakat mengatakan pekerjaanmu adalah pegawai kantoran. Kenapa kau malah mengatakan hal lain?"
Youngjoon mengedikkan bahu. "Aku tidak mau terlalu banyak berbohong pada orang tuamu. Lagi pula pekerjaanku memang pengawal."
Yeeun mendengkus. Mereka sudah terlanjur bersandiwara dan pria ini mengatakan dia tidak mau terlalu banyak berbohong?
Ingin sekali ia melempar fakta menyebalkan itu pada Youngjoon.
"Oh, ya? Kalau kau bilang kau pasukan pengawal presiden, anggota dewan atau semacamnya mungkin masih lebih masuk akal. Tapi anggota keluarga kerajaan? Kau pikir ini Jepang?"
Youngjoon mengerutkan dahi. Rentetan kata-kata Yeeun berputar di kepalanya.
"Soal itu aku memang tidak berbohong. Aku mengawal anggota keluarga kerajaan, Putra Mahkota lebih tepatnya."
Kata-kata yang diucapkan dengan nada serius itu tidak membuat Yeeun terkesima. Malahan, ia tertawa meremehkan dan menatap Youngjoon dengan tatapan wah-tipuan-yang-bagus.
"Hmm, begitu, ya. Kalau kau mengawal Putra Mahkota, maka aku seharusnya juga mendapat pengawalanmu. Aku Putri Mahkota Kerajaan Korea, tahu?" cetus gadis itu asal.
Yeeun mengangkat alis saat dilihatnya ekspresi Youngjoon berubah kaku. Rahang pria itu mengeras dan tatapannya menajam menatapnya.
"Jangan pernah membuat lelucon tentang Putri Mahkota kami." ucapnya penuh penekanan.
Yeeun terdiam sejenak. Ada sedikit rasa gentar dalam hatinya ketika melihat perubahan sikap Youngjoon yang mendadak defensif. Namun, perkataan Youngjoon tadi justru menyentilnya dan tak bisa membuatnya menurut begitu saja dan seolah percaya pada ucapan aneh pria itu.
"Masa bodoh soal kerajaan dan lainnya. Kurasa kau harus memeriksakan diri ke dokter. Aku tidak akan terjebak dengan percaya pada delusimu itu." tukas Yeeun tegas.
Ia merasa mungkin memang ada yang salah dengan kepala Youngjoon. Ia lagi-lagi paham kenapa manusia tidak boleh menilai orang lain dari penampilan luarnya saja.
Youngjoon tampak tidak terpengaruh mendengar perkataan sarat akan prasangka Yeeun. Seperti teringat sesuatu, ia lalu bertanya. "Kau bilang pada orang tuamu tadi kita bertemu di Denmark? Apa negara itu masih ada? Tunggu. Apa bentuknya masih sebuah negara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between The Time and Us
FantasyApa yang terjadi jika seseorang yang mengaku berasal dari masa depan tiba-tiba datang ke kehidupanmu? •=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=• Itulah yang dialami Han Ye Eun-seorang atlet muda dengan prestasi yang sedang berada di puncak dan popul...