[XV] Penguntit

50 24 1
                                    


Temen-temen, nggak bosen-bosen saya ingatkan lagi. Buat yang suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komennya, ya. Syukur-syukur kalau kalian mau bantu share cerita saya, biar semakin banyak yang tau, dan barangkali jadi suka :)

Mumpung bulan Ramadhan, berbuat kebaikan pahalanya melimpah, lho! Termasuk menyenangkan orang lain, hihi^^

Nggak ada yang bikin penulis girang selain lihat notifikasi vote, komen, apalagi ada yang add ceritanya ke library mereka. Duh, hepi-nya nggak ketulungan! *Apa cuma saya aja yg begitu? wkwk

Pokoknya, satu vote dan komen kalian bisa jadi moodbooster banget buat penulis, lho!

Okidiiw, happy reading, Yeoreobuns!


****

Kerajaan Korea, Oktober 2240

Pangeran Lee Joon menatap ikan-ikan kecil dengan warna-warna cantik yang berenang bebas di kolam besar yang terletak di dekat paviliun utama istana. Matanya mengikuti gerakan ikan-ikan yang tampak berenang mendekat dengan semangat tatkala ia melempar beberapa butir makanan ikan yang dipegangnya. Senyumnya terbit melihat ikan-ikan cantik tersebut kini saling beradu cepat memperebutkan jatah makanan yang ia berikan.

Terlalu fokus memperhatikan kolam, lelaki muda itu tak menyadari sebuah bayangan mendekat ke arahnya. Saat bahunya disentuh pelan, barulah Pangeran Lee Joon sedikit terlonjak dan segera menoleh. Pemuda itu mengurai senyum saat melihat siapa sosok yang kini berdiri di sebelahnya itu. "Pangeran," sapa Pangeran Lee Joon dengan anggukan ringan. 

"Tak usah terlalu formal, kita hanya berdua saja di sini. Anda bisa memanggil saya paman jika Anda mau, Yang Mulia." ujar pria paruh baya tersebut dengan senyum kebapakan. 

Pangeran Lee Joon terkekeh saat menimpali, "Kau menyuruhku berbicara tidak formal, tapi kau sendiri berbicara formal padaku, Paman."

Pria paruh baya itu─Pangeran Jeongwon─turut tertawa mendengar kebenaran ucapan keponakannya tersebut. "Ah, kau benar. Baiklah, mari kita bicara lebih santai seperti dulu saat kau masih kecil, Joon."

"Setuju." balas Pangeran Lee Joon cepat. Ia menyambut uluran tangan pamannya yang terkepal, dan menyentuhkan kepalan tangannya ke sana. Membuat seringai lebar muncul di wajah Pangeran Jeongwon yang masih terlihat muda di usianya yang memasuki pertengahan kepala empat.

Pria paruh baya itu berdiri dengan tenang, ikut memperhatikan ikan-ikan yang berenang ceria ke sana-kemari di dalam kolam berukuran sedang tersebut. Pandangannya beralih ke samping, jatuh kepada sosok calon pewaris takhta Kerajaan Korea─keponakannya─Pangeran Lee Joon. 

Senyum pria itu terkembang melihat sang keponakan yang kini sudah bertumbuh semakin besar. Pangeran Jeongwon menyadari betapa cepat waktu berlalu, meninggalkan manusia dengan segala ceritanya. Ekspresi Pangeran Jeongwon tersebut rupanya ditangkap kedua netra Pangeran Lee Joon, dengan senyum terkembang yang lebih lebar, pemuda itu menatap pamannya.

"Ada apa, Paman?"

"Aku hanya menyadari waktu bergulir begitu cepat. Rasanya baru kemarin kau berulang tahun yang pertama, berlarian dengan botol susu yang tak lepas dari tanganmu. Sekarang, kau sudah dalam usia legal di Kerajaan Korea. Mungkin tak lama lagi kau akan mengemban tugas baru sebagai pemimpin tertinggi negeri ini, menggantikan tugas ayahmu."

"Wah, wah, apakah itu artinya kau berharap ayahku─alias Yang Mulia Raja─turun takhta lebih cepat?" balas Pangeran Lee Joon dengan ekspresi jenaka.

Between The Time and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang