Masih di hari yang sama kayak chapter sebelumnya...
💸💸💸
Naresh dan Hanan sedang menyusuri jalan yang mungkin dilalui oleh Jevano dan Rendra. Tapi sudah sejauh ini tidak ditemukan tanda-tanda jika dua anak kota itu ada di dekat sana.
"Kamana atuhnya si Jevan jeung si Rendra. Sok aya-aya wae mereka mah," ucap Hanan.
(Kemana ya Jevan sama Rendra. Ada-ada aja mereka tuh.)"Bisa cicing teu? Ceuli urang pengang denger maneh ngomong kitu wae ti tatadi," protes Naresh sambil menyentil bibir Hanan.
(Bisa diem gak? Telinga gua sakit denger elu ngomong kayak gitu terus daritadi.)Hanan hanya mengusap bibirnya yang terasa sakit. Sentilan Naresh memang tidak pernah main-main dan ia sudah biasa diperlakukan seperti itu.
Memang, Naresh ini solimi banget sama dia.
"ARGH! MAMAH/BUNDA!"
Hanan menoleh pada Naresh. "Eh?! Maneh denger teu?! Eta sigana suara si Jevan jeung Rendra!"
(Eh?! Elu denger kagak?! Itu kayaknya suara Jevan sama Rendra!)"Sigana mereka masih aya di sekitar kebon Mang Dery, nya?"
(Kayaknya mereka masih ada di sekitar kebun Om Dery, ya?)"Heeh sigana mah. Yaudah ayo urang kaditu, bisi aya nanaon. Asa hariwang denger teriakanna oge."
(Iya kayaknya. Yaudah ayo kita kesana, takut ada apa-apa. Bikin khawatir denger teriakannya juga.)Dengan terburu-buru, Hanan dan Naresh pun berjalan ke arah kebun milik Hendery. Biarpun absurd, Hendery ini juragan kebun sawit sama karet yang luasnya berhektar-hektar.
"Jevan?! Ai maneh kunaon?!" Tanya Naresh sambil membantunya berdiri.
(Jevan?! Elu kenapa?!)Tak jauh berbeda dengan Naresh, Hanan juga terkejut saat melihat sepupunya sedang terduduk di tanah. "Alah sia Rendra! Beungeut maneh kunaon?! Naha bisa cemong kitu?!"
(Anjir, Rendra! Muka elu kenapa?! Kok bisa kotor kayak gitu?!)"Ngomong apa sih lu berdua?" Tanya Jevan dan Rendra secara serentak. Mana mukanya julid banget lagi.
"Kalian kenapa? Ngapain malah tiduran di tempat becek kayak gini?"
Kepala Hanan digeplak oleh Rendra. "Pala lu tiduran! Buat apa juga kita tiduran di tanah!" Jawabnya ngegas.
Padahal mereka baru ketemu lagi setelah beberapa tahun, tapi udah akhlakless aja si Rendra.
"Terus kalian kenapa?" Tanya Naresh.
"Gak usah banyak nanya dulu bisa gak, sih?! Ayo pulang sekarang! Badan kita sakit nih abis disosor sama bebek gila!" Jawab Jevano.
"Yaudah atuh, gak usah ngegas gitu. Kalian berdua teh meni galak pisan kayak anjingnya Pak Burhan," ucap Naresh.
Mendengar perkataan Naresh, Rendra dan Jevano hanya mendelikkan mata tak suka lalu memilih pergi berjalan duluan.
Hanan menoel-noel lengan Naresh. "Bener kata maneh, si Jevan sama Rendra teh galak pisan siga anjingnya Pak Burhan. Nanti di rumah, aing bakal ngasih mereka tulang biar berhenti ngegonggong."
💸💸💸
"Maafin Tante ya, Rendra," ucap Tian merasa tidak enak karena telah membuat keponakannya jatuh dan disosor bebek.
Rendra hanya tersenyum. "Gapapa, Tante. Udah terlanjur kejadian ini," jawabnya. Ya iyalah, mau marah juga percuma toh pantat dia udah ngerasain gimana sakitnya disosor bebek.
"Mah, harusnya tadi Mamah denger gimana histerisnya teriakan Rendra sama Jevano! Lawak pisan!" Sahut Hanan lalu tertawa terbahak-bahak. Dia gak nyangka aja denger Jevano yang keliatan manly malah ngejerit kayak banci lampu merah.
"Diem lu! Bacot bener jadi orang," jawab Rendra sambil menunjuk wajah Hanan.
"Eh?! Maneh juga sama aja, ya!" Balas Hanan tak terima dan ikut menunjuk wajah Rendra.
"Hey, udah. Jangan berantem di meja makan. Berantemnya besok aja di lapangan bola," lerai Jonathan pada dua anak muda itu.
"Habis makan kamu ke rumah Om Tama ya buat liat kondisinya Jevano," ucap Wirya pada anaknya.
"Dih, buat apa? Aku gak mau, Bun. Males banget lihat dia," tolak Rendra mentah-mentah.
"Hmm... Males, ya? Terus yang selama di jalan tadi pegangan tangan itu siapa?" Goda Hanan dengan wajah tengilnya.
"Bacot! Gak usah ngadi-ngadi! Itu karena gua butuh tumpuan buat jalan aja!"
"Eh, ulah kitu, Ren. Si Jevan teh ganteng, aing aja suka sama si eta. Harusnya maneh bersyukur bisa deket sama dia."
(Eh, jangan gitu, Ren. Jevan itu ganteng, gua aja suka sama dia. Harusnya elu bersyukur bisa deket sama dia.)"Nan? Bisa gak kalau ngomong sama gua jangan pake bahasa sunda? Gua tuh gak ngerti!"
"Masa maneh gak ngerti sama sekali?!" Tanya Hanan yang kebingungan.
"Dia emang gak ngerti, Nan. Tante sama Om gak pernah ajarin dia bahasa sunda," jawab Wirya.
Hanan mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Oke siap, Tante! Kalau gitu, nanti Hanan aja yang ajarin dia bahasa sunda, hehehe."
"Tuh 'kan, apa kata Papah. Hanan bakal ngajarin kamu banyak hal," bisik Yudha sambil menyenggol lengan Rendra.
💸💸💸
"Ada yang lecet gak, Jev?" Tanya Arka lalu duduk di sampingnya.
"Gak ada, Bang. Aman lah aman."
"Lagian maneh naha bet bisa tikusruk siga kitu, sih?"
(Lagian elu kenapa bisa kesungkur kayak gitu, sih?"Jevano melihat Naresh dengan tatapan bingungnya. Sepupunya itu nanya apa? Dan juga, apa artinya tikusruk? Itu siapanya tikus putih sama tikus got?
"Tikusruk? Apa itu?" Tanya Jevano pada Naresh.
"Dasar bandel! Aa 'kan udah bilang kalau ngomong sama Jevan jangan pake bahasa sunda!" Omel Arka pada adiknya.
"Ya, maaf. Naresh lupa," jawabnya sambil mengusap-usap kepala yang baru ditampol oleh Arka.
Tidak peduli dengan pertengkaran adik kakak tersebut, Jevano tetap pada niat awalnya untuk bertanya apa arti tikusruk.
"Jadi? Tikusruk itu apa?"
"Tikusruk itu maksudnya jatuh ke depan. Kalau di bahasa indonesia itu berarti tersungkur," jawab Naresh menjelaskan.
"Oh gitu..."
Naresh ngangguk. "Iya. Eh tapi, Rendra juga gak ada yang lecet, 'kan?"
"Lah mana gua tahu? Kenapa nanya kayak gitu? Suka lu sama Rendra?"
Naresh tertawa kecil. "Sekarang sih belum tapi gak tahu kalau nanti udah kenal. Lagian siapa yang gak suka dia? Anaknya gemesin kayak gitu."
Arka ikut tertawa lalu menepuk-nepuk punggung Naresh. "Bener banget tuh. Padahal Aa juga baru lihat sekilas tapi Rendra emang keliatan gemesin banget."
Jevano hanya diam saat melihat kedua sepupunya terpesona dengan Rendra. Padahal dia juga gak suka sama si bawel, tapi denger mereka berdua ngomong kayak gitu tiba-tiba muncul rasa gak rela dalam hatinya.
💸💸💸
Enjoy! Thanks vote and komennya-!!
-Auva✨
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sengaja Miskin || NoRen (BxB)
FanfictionKarena hidupnya yang sudah bergelimang harta sedari kecil, Rendra dan Jevano tumbuh menjadi pemuda yang gemar menghabiskan uang. Hal itu tentu membuat para orang tuanya frustasi karena merasa tidak berhasil mendidik anak. Demi kebaikan mereka di mas...