Perhatian

5.1K 983 165
                                    

💸💸💸

"Gak mau ikut ngerjain tugas barengan, nih?" Tanya Hanan untuk yang kesekian kalinya pada Rendra.

Rendra membuka selimut yang sebelumnya menutupi sekujur tubuh dan melihat Hanan yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Kagak. Gua 'kan udah bilang daritadi," jawabnya.

"Kenapa, sih? Masih malu sama Jevano atau Naresh? Oh, atau jangan-jangan malu sama dua-duanya?"

"Sok tahu banget. Udah sana pergi, mereka udah nungguin di luar, 'kan?"

"Beneran gak ikut, Ren?"

"Hanan Pramudya, berapa kali gua harus jawab engga?" Tanya Rendra yang udah capek sama sepupunya itu. Mau tidur aja kok banyak banget cobaannya.

Hanan mengendikkan bahunya. "Ya udah, kalau Jevan jadi-jadian datang lagi kesini, gua gak akan tanggung jawab, ya. Mamah sama Papah juga 'kan lagi ada di balai desa. Gua cabut dulu, Ren."

💸💸💸

"Lu kenapa, Cil?"

"Cil siapa yang lu maksud?" Tanya Yoga bingung sambil mencari-cari orang dengan panggilan 'Cil'.

"Itu si bocil alias Rendra Arkatama. Mukanya kok ditekuk mulu," jawab Jevano membuat semua yang ada di situ terkekeh geli.

Rendra akhirnya emang jadi ikut ke rumah Yoga buat ngerjain tugas. Doi gak mau ambil risiko kalau sendirian di rumah. Masih agak trauma kalau ketemu lagi sama Jevano jadi-jadian.

Lalu saat mendengar Jevano memanggilnya dengan sebutan bocil, Rendra hanya mengepalkan tangannya dan mendengus kasar. Dia lagi males debat sama Jevano, daripada nanti omongannya gak kefilter, mendingan dia diem aja.

Jevano yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung. Gak kayak biasanya Rendra lebih banyak diem pas dia gangguin.

"Udah udah, ayo cepet kerjain tugasnya dulu. Nanti keburu larut malem," sahut Naresh karena suasana di sana tiba-tiba terasa canggung.

Rendra, Jevano, dan Naresh mengerjakan tugasnya dengan santai tanpa banyak bicara. Sedangkan Yoga dan Hanan malah kebanyakan bercanda daripada ngerjainnya.

"Kok susah banget?! Siapa orang kurang ajar yang bikin soal sesusah ini?!" Keluh Hanan lalu menutup buku paketnya. Padahal dia baru aja ngelihat soal nomor satu.

"Kerjain, bukannya ngeluh. Itu sih elu aja yang males mikir," jawab Rendra tanpa mengalihkan pandangan dari buku tulis.

"Tapi emang susah pisan, Rendra! Emangnya lu gak males mikir?!" Tanya Hanan.

"Buktinya gua udah selesai, itu kira-kira males mikir apa engga?"

"Hah?! Udah selesai?!" Pekik Yoga terkejut sambil menolehkan kepala melihat Rendra.

"Gua juga udah beres," sahut Jevano.

"Aku juga udah, Ga," timpal Naresh.

"Kalian kok cepet banget ngerjainnya?!" Tanya Yoga yang masih tidak percaya ada tiga orang jenius di sekitarnya.

"Ini masih termasuk gampang sih soalnya. Mau lihat?" Jevano menawarkan jawabannya pada Yoga.

Yoga menganggukkan kepalanya semangat. "Mau!"

"Caper. Tumben banget ngelihatin jawaban ke orang lain," gumam Rendra sambil membereskan peralatan sekolahnya.

"Kenapa? Elu sirik gak pernah gua contekin?"

"Buat apa sirik. Udah ah, gua pulang duluan ya. Yoga, makasih cemilannya," pamit Rendra dan langsung keluar rumah Yoga.

"Ini buku gua," ucap Jevano memberikan bukunya pada Yoga, "salin aja sesukanya dan besok gua ambil."

[✓] Sengaja Miskin || NoRen (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang