Sebelum baca, vote dulu, kuy!
💸💸💸
"Udah belum, Jev?!" Teriak Naresh dari depan kamar Jevano. Di Sabtu pagi, mereka akan membantu Tama di peternakan kambingnya. Kalau kata Naresh sih itung-itung sekalian belajar cari duit dan nambah uang jajan.
"Berisik, anjir! Kalem!" Jawab Jevano dari dalam kamar.
"Lama banget kayak mau malmingan, padahal di sana juga cuma ketemu sama kambing," gerutu Naresh.
"Siapa tahu kalau nanti di jalan ketemu sama kembang desa, 'kan? Gak enak dong kalau gua keliatan dekil," sahut Jevano sambil menutup pintu kamarnya.
"Sedekil-dekilnya elu tetep aja lebih bening dari si Hanan kalau dandan," jawab Naresh tak berdosa.
"Parah, ternyata pertemanan kalian hanya sebatas ini? Gua cepuin ke Hanan nanti."
"Halah, lagian elu juga tumben menel banget pengen cari kembang desa. Mentang-mentang lagi selek sama Rendra."
Jevano menoyor kepala Naresh. "Jangan menghubungkan masalah ini sama si anak barbar. Dan, jangan nyebut nama dia di depan gua."
"Terserahlah, palingan juga kalian gak akan lama berantemnya. Besok atau nanti sore pasti udah baikan lagi."
"Idih, sotoy banget lu. Ayo buruan cabut, gua nanti siang ada kerkom."
"Sama Rendra juga, 'kan? Gua soalnya diminta nemenin dia."
Jevano menepuk jidatnya. "Lah iya ada si barbar. Haduh, semesta kayaknya seneng banget ngebuat gua menderita karena selalu dipertemukan sama si barbar."
Naresh hanya mendengus kecil dan pergi meninggalkan Jevano. Tahu banget dia mah sama kelakuan sepupunya. Sok-sokan gak mau bareng Rendra tapi cemburu kalau ada yang deketin Rendra.
Contoh kecilnya aja waktu Naresh mau nyuapin Rendra es potong, Jevano ternyata malah tiba-tiba nyusulin mereka kesana dan ngebawa Rendra pulang dengan alibi udah dicariin Tante Tian.
Selama di perjalanan, mulut kecil Rendra gak berhenti ngomel ke Jevano. Omelannya makin parah waktu Rendra sampai rumah, Tante Tiannya malah gak ada karena kata Hanan jam segitu biasanya Tante Tian lagi nemenin Om Jo di peternakan sapi.
Nah 'kan, apa maksudnya coba Jevano narik Rendra pulang gitu aja kalau bukan karena cemburu ngeliat Naresh sama Rendra. Padahal udah ada bukti lain juga yang cukup kuat, tapi Jevano masih aja denial soal perasaannya.
Naresh jadi greget sendiri ngeliat kelakuannya itu. Ya maklum aja sih, Naresh anaknya emang punya tingkat kepekaan yang cukup tinggi, jadi kalau masalah cetek kayak ginian mah dia udah khatam banget.
"Naresh! Kok gua ditinggal, sih?!" Protes Jevano saat sudah berjalan di sampingnya.
"Males nungguin orang munafik kayak lu."
"Lah, tiba-tiba gua dikatain munafik? Sakit lu?"
"Elu yang sakit! Kesel banget aing ngeliat maneh sok-sokan gak suka Rendra," jawab Naresh.
"Hah?"
"Gak usah jadi keong! Argh! Jevano bego! Kalau si Rendra ada yang pepet, mampus aja buat maneh," ucapnya frustasi dan lagi-lagi berjalan lebih dulu meninggalkan Jevano.
Jevano menggaruk-garuk pipinya melihat kelakuan Naresh. "Dia kenapa, sih? Aneh banget."
💸💸💸
"Rendra! Ayo sini naik!" Ajak Hanan yang sudah duduk manis di atas punggung seekor kerbau bernama Boy.
Mereka sedang membantu membajak sawah di lahan yang baru Jonathan beli. Tadinya Hanan ingin mengajak Rendra ikut sampai tahap menanam padi, namun karena sepupunya ada kerja kelompok jadi yang bisa ia lakukan hanya sebatas sampai menyemai padinya saja.
"Gak mau, ah. Geli," jawab Rendra sambil bergidik ngeri. Dia sedari tadi hanya diam di pinggiran sawah. Memasukkan kakinya untuk bersentuhan dengan lumpur dan tanah yang basah saja dirinya enggan. Takut menginjak sesuatu yang aneh katanya.
"Cemen, ah! Ya udah tungguin di situ, gua otw," jawab Hanan dan mulai mengarahkan Boy untuk berjalan. Alat pembajak yang diikatkan ditubuh Boy mulai bekerja seiring Boy terus melaju dan mendekat pada posisi Rendra.
Padahal tanpa Hanan duduki pun, Boy pasti mengerti apa yang harus ia lakukan. Hanya saja anak tunggal Jonathan dan Tian ini ingin sedikit bersenang-senang makanya ikut duduk di atas tubuh Boy.
Rendra diam berjongkok melihat Hanan yang sepertinya bahagia sekali. Lama-lama, ia jadi penasaran bagaimana rasanya duduk di atas seekor kerbau. Selama ini 'kan dia hanya terbiasa duduk di atas jok mobil-mobil mewah.
"Rendra! Mau naik, ya?!" Tanya Hanan saat melihat wajah melongo sepupunya.
"Kagak! Takut!"
"Gak usah takut, Boy ini udah bestie banget sama gua! Ayo sini!" Ajak Hanan sambil menggesturkan tangannya supaya Rendra mendekat.
Dengan ragu-ragu, Rendra mulai melangkahkan kakinya masuk menginjak tanah basah yang langsung membuat dirinya sedikit oleng. "Eits, awas jatuh, Ren. Jalannya pelan-pelan aja," ucap Hanan memperingati karena melihat Rendra bolak-balik akan terjatuh.
Biarpun agak susah, Rendra akhirnya sampai di dekat Hanan. Ternyata kerbau ini bertubuh lumayan besar dari dugaannya.
"Pegang tangan gua," ujar Hanan sambil mengulurkan tangannya.
"Gua naiknya gimana?" Tanya Rendra bingung karena tidak ada pijakan. Masa dia nginjek badan si Boy.
"Nanti dibantu sama Mang Danu," jawab Hanan sambil menunjuk seorang pria paruh baya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Rendra.
"Iya, A Rendra. Nanti saya bantu angkat."
"Eh, maaf ngerepotin ya, Mang."
"Gapapa, sok atuh mangga."
Rendra memegang tangan Hanan dan dirinya sedikit melompat sambil diangkat sedikit oleh Mang Danu supaya dapat naik.
"Makasih Mang Danu."
"Sama-sama, A Rendra."
Hanan tersenyum senang dan mulai menepuk-nepuk pundak Rendra. "Siap jalan?"
"Huum!" Rendra mengangguk semangat sampai rambutnya sedikit bergoyang.
Maka Hanan pun mengarahkan Boy untuk berjalan kembali dan langsung membuat Rendra memekik girang. Dia tersenyum lebar karena baru pertama kali menunggangi kerbau dan itu adalah hal yang sangat mengasyikkan!
Dan yang tersenyum lebar bukan hanya Rendra saja, ada dua orang pemuda tampan yang kebetulan melewati sawah tersebut juga ikut tersenyum hangat melihat wajah bahagia seorang Rendra Arkatama.
💸💸💸
Meme yang kemaren ketinggalan
-Auva✨
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sengaja Miskin || NoRen (BxB)
Fiksi PenggemarKarena hidupnya yang sudah bergelimang harta sedari kecil, Rendra dan Jevano tumbuh menjadi pemuda yang gemar menghabiskan uang. Hal itu tentu membuat para orang tuanya frustasi karena merasa tidak berhasil mendidik anak. Demi kebaikan mereka di mas...