Vote, kuy!!!
💸💸💸
Rendra dan Naresh sudah sampai di depan rumah Hadi yang juga merupakan rumah Kepala Desa Kampung Neo. Di sana sudah terlihat lumayan banyak yang datang, ada Azis, Gita, Aisyah, dan Cempaka.
"Permisi," sahut Naresh di depan pintu yang telah terbuka. Azis yang sedang sibuk ngemil keripik kentang langsung menolehkan kepala dan tersenyum.
"Oh Rendra udah datang, ayo sini masuk," ajaknya. "Lah, maneh nanaonan ikut ngilu ka dieu?"
(Lah, elu ngapain ikut-ikutan datang ke sini?)Naresh menunjuk Rendra yang masih menggenggam tangannya. "Nemenin dia," jawabnya dan hanya dibalas sahutan 'oh' saja dari Azis.
Anggota kelompoknya yang lain hanya melihat dua orang yang baru datang itu dengan tatapan bingung. Mereka jadi penasaran ada hubungan apa Rendra dengan Naresh sampai datang ke sana sambil berpegangan tangan.
Hadi yang mendengar suasana ruang tamu mulai berisik akhirnya menyusul ke sana. Dia tersenyum lebar saat melihat malaikat tak bersayap sudah sampai ke rumahnya.
"Selamat siang, Manis. Mau minum apa?"
"Gak usah, makasih. Gua udah bawa air sendiri dari rumah," jawab Rendra berbohong. Dia hanya takut kalau di dalem minumannya nanti udah dikasih pelet.
Hadi hanya tersenyum lalu melihat pemuda yang duduk di sebelah Rendra. Sama halnya dengan Azis, Hadi juga bingung dan menatap sinis Naresh yang ikut datang. Hatinya makin panas saat melihat tangan Naresh masih bertaut dengan tangan mungil Rendra.
"Ngapain kesini?" Tanyanya dengan nada suara yang tak enak didengar.
"Nemenin Rendra."
"Buat apa? Kan nanti juga ada—"
"Permisi." Terdengar suara seseorang menyahut dan memotong perkataan Hadi. Ternyata itu adalah Jevano yang datang dengan wajah datarnya.
"Masuk," suruh Hadi singkat. Dia bener-bener badmood sekarang. Padahal 'kan ia kira bisa deket-deket sama Rendra, eh gak tahunya malah ada dua bodyguard yang ngintilin.
Jevano masuk dan sebelum duduk ia melihat genggaman tangan Rendra yang belum lepas dari tangan Naresh.
"Masih nyebrang atau gimana sih, betah amat pegangannya," sindir Jevano pelan sambil duduk di sebelah kanan Rendra.
Rendra hanya mendelikkan matanya malas dan malah semakin menggenggam kuat tangan Naresh. Membuat pemuda itu sedikit meringis karena tangannya malah dijadikan luapan emosi Rendra pada Jevano.
"Rendra pacaran sama Naresh?" Tanya Gita blak-blakan. Daripada ia mati penasaran mending langsung tanyain aja langsung ke orang yang bersangkutan.
"Hah? Engga," jawab Rendra.
"Oh, kirain pacaran. Habisnya tangan Naresh sampai gak dilepasin gitu daritadi," ucap Cempaka sambil terkekeh kecil. Rendra hanya tersenyum tipis dan melepaskan genggaman tangannya daripada ditanya-tanya lagi.
"Tangan elu jadi basah, ya? Sorry, tangan gua emang suka keringetan," ucap Rendra sedikit tak enak dan langsung mengambil tisu untuk mengelap tangan Naresh.
"Eh, gapapa, Ren. Udah santai aja sama gua mah."
Jevano lagi-lagi hanya mendengus kecil dan duduk bersandar. Hatinya sudah berkecamuk sendiri melihat adegan yang menurutnya membuat sakit mata.
"Ayo kita mulai kerja kelompoknya aja, yuk," ajak Aisyah.
"Jadi kita mau jual apa?" Tanya Gita. Di pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, mereka kali ini memang ditugaskan untuk menjual sebuah produk. Mereka dilatih supaya dapat mengikuti prosedur menjadi seorang wirausahawan yang baik, mulai dari membuat perencanaan hingga pemasaran.
"Kalau gua sih nyaranin jual aksesoris. Selain banyak yang cari, kita juga gak perlu khawatir bakal basi," sahut Rendra memberi ide.
"Boleh tuh, gue setuju," jawab Hadi. Azis dan Jevano juga hanya menganggukkan kepala. Mereka males mikir, jadi selama ada ide yang lumayan bagus ya udah setuju aja.
"Sama, aku juga setuju," timpal Cempaka mewakili teman-teman ceweknya yang lain.
"Oke, jadi semua setuju buat jual aksesoris?"
"Iya," jawab Hadi.
"Mau jual aksesoris kayak gimana?"
Siang itu, mereka pun akhirnya benar-benar serius membahas tugas. Rencana Hadi yang awalnya juga ingin modus dengan Rendra terpaksa batal karena kedatangan Naresh yang tiba-tiba dan ditambah tatapan tak bersahabat Jevano yang diam-diam dilayangkan padanya tanpa sepengetahuan Rendra.
💸💸💸
Sekarang, Rendra sudah dalam perjalanan pulang berdua dengan Jevano. Kemana Naresh? Anak itu tiba-tiba harus pulang duluan karena lupa ada janji membeli layangan bersama Yoga.
Karena ceritanya Rendra dan Jevano masih berantem, makanya selama di jalan gak ada obrolan ringan yang biasanya mengiringi. Mereka berdua hanya sibuk sama dunianya sendiri.
"Eh, gerimis?" Gumam Jevano sambil menengadahkan tangannya dan menatap langit yang memang sudah sangat mendung. Membuat Rendra yang mendengar ikut melihat langit.
"Ayo buruan jalannya keburu hujan deras," ucap Jevano pada Rendra. Dia berusaha memberanikan diri memulai percakapan duluan.
"Iya," jawab Rendra dan mempercepat langkahnya mengikuti Jevano. Namun sepertinya nasib baik tak berpihak pada mereka karena baru beberapa meter melangkah, air tiba-tiba turun deras mengenai mereka.
Jevano segera melepas jaketnya untuk menutupi kepalanya dan juga kepala Rendra dari air hujan. Dia menarik tubuh mungil itu mendekat dan mulai menutupi kepalanya.
"Hitungan ketiga kita lari, ya," ujar Jevano sambil menoleh melihat Rendra.
"Satu," ucap Rendra mulai menghitung.
"Dua," lanjut Jevano.
"Tiga," lanjut mereka berdua dan langsung berlari. Jarak rumah dengan tempat keberadaan mereka sekarang memang sudah tidak terlalu jauh, makanya Jevano dan Rendra nekat menerobos hujan.
Mereka berdua berlarian sambil sesekali tertawa karena beberapa kali menginjak kubangan air. Baik Jevano maupun Rendra seakan lupa jika sedang bertengkar. Bersama jatuhnya butiran air, tembok yang tadinya membatasi mereka pun ikut runtuh.
💸💸💸
Ciwi-ciwinya hanya lewat doang kok jadi gak usah terlalu dipeduliin, hehehe.
-Auva✨
![](https://img.wattpad.com/cover/262027664-288-k86333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sengaja Miskin || NoRen (BxB)
FanficKarena hidupnya yang sudah bergelimang harta sedari kecil, Rendra dan Jevano tumbuh menjadi pemuda yang gemar menghabiskan uang. Hal itu tentu membuat para orang tuanya frustasi karena merasa tidak berhasil mendidik anak. Demi kebaikan mereka di mas...