PART 14

82 7 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G
.
.
.
.
.
.
🦍🦍🦍

"Tadi malem lo ngapain pergi ke club?" tanyanya.

"Ngamen" jawab bara, asal. Sedangakan andri, ia mendengus kesal.

"Lo tau ngga..." ucap andri.

"Ngga" ucap bara.

"Gue belum selesai ngomong junaedi!" kesal andri.

"Tadi malem nyokap lo telfon kita berdua, katanya lo pergi dalam keadaan marah, terus lo bawa mobil ngebut" ucap candra.

Sedangkan fara dan karin hanya menjadi pendengar saja.

"Iya, terus kita cari lo kemana-mana..."

"Kan gue ngga nguruh" ucap bara memotong ucapan andri.

"Bunuh orang dosa ngga sih hah, golok mana golok..." kesal andri, sebab dari tadi ucapanya terus saja dipotong.

"Bacot lo berdua" ucap bara, lalu pergi meninggalkan mereka.

"Bentar deh, kok bara sama tasya aneh gitu ya" ucap fara.

"Apa jangan-jangan mereka berdua punya masalah?" tebak karin.

"Kayanya sih engga deh" ucap andri.

"Iya, kayanya engga, soalnya tadi malem itu gue ditelfon sama nyokapnya bara, katanya dia pergi dalam keadaan marah, dia bawa mobil ngebut, kita berdua cari dia kemana-mana, dan dia ternyata ada di club, mabuk" ucap candra kembali menceritakan ucapan andri yang terpotong tadi.

"Mungkin kalo bara, dia punya masalah sama keluarganya" ucap andri menimpali.

"Tapi ya aneh aja gitu" ucap fara.

"Udah lah, ngga usah dipikirin, nanti masing-masing dari kita tanya aja" ucap andri.

🦍🦍🦍

Saat ini tasya sudah sampai di depan rumahnya, ia pulang bersama brian, kebetulan brian juga baru selesai ngampus. Saat memasuki ruang tengah, ternyata disana ada ayah dan juga bundanya, namun tasya tak menghiraukan keberadaan mereka, ia langsung naik ke lantai dua.

Brian, sadewa dan tika menatap kepergian senja dengan sendu.

"Assalamualaikum" ucap brian, menyalimi tangan kedua orangtuanya.

"Waalaikumsalam.."

"Brian ke atas dulu bun, yah" pamitnya.

"Iya, abis bersih-bersih turun, kita makan" ucap sang bunda.

"Iya bun" ucapnya, lalu menaiki tangga ke lantai dua.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 19:00 WIB. brian keluar dari kamarnya, lalu berjalan ke meja makan, disana sudah ada ayah dan juga bundanya.

"Tasya belum turun?" tanyanya.

"Belum, biar bunda panggil dulu".

"Eh, ngga usah bun, biar brian aja" cegahnya.

"Ya udah, panggil gih".

"Iya" ucap brian, lalu kembali melangkahkan kakinya ke lantai dua.

Tok...tok...tok...

"Dek, buka" Ucap brian mengetuk pintu kamar sang adik.

Ceklek...

"Kenapa?" tanya tasya saat pintunya sudah terbuka.

"Makan dulu".

"Ngga laper" ucap tasya. Padahal dari tadi pagi ia sama sekali belum makan.

"Nanti lo sakit, makan dulu" bujuk brian.

"Dibilangin ngga la...."

"Udah ayo buruan, gue udah laper" ucap brian, menarik tangan sang adik.

Saat sudah sampai di meja makan, tasya hanya diam, tak mengucap sepatah kata pun. Membuat sang bunda menatapnya sendu. Jujur sebenarnya ia tak tega mengacuhkan kedua orangtuanya, apalagi bundanya terlihat begitu sedih. Tapi disisi lain tasya sangat kecewa dengan kedua orangtuanya.

"Mau makan apa?" tanya sang bunda pada tasya. "Biar bunda ambilin".

"Tasya ngga laper, tasya mau ke atas" ucapnya, lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Tasya!" panggil sang ayah.

"Tasya capek yah, mau istirahat" Ucapnya, lalu kembali melangkahkan kakinya.

"Mas..." panggil tika pada suaminya, dengan tatapan sendu.

"tasya biar brian yang ngurus, sekarang kita makan dulu" ucap brian.

Saat sampai di kamar tasya kembali menangis, menengelamkan wajahnya pada bantal.

Tok...tok...tokk...

Ia tidak menghiraukan suara ketukan pintu. Biarkan saja, ia tidak peduli. pasti itu brian yang datang lagi untuk membujuknya supaya makan.

"Sya, bukain! Ini gue karin sama fara" teriaknya dari luar.

Dengan cepat tasya menhapus air matanya, lalu berjalan ke arah pintu. Saat pintu sudah terbuka, disana ada karin dan fara dengan ekspresi wajah yang begitu khawatir.

"Lo kenapa?" tanya fara khawatir.

"Masuk gih" ucap tasya, mempersilahkan kedua temanya masuk ke kamarnya, setelah mereka masuk ia kembali mengunci pintunya.

"Nih makan dulu, gue bawain ayam geprek kesukaan lo, kebetulan kita juga belum makan" ucap karin.

"gue lagi males makan".

"Lo dari tadi pagi belum makan, nanti lo sakit" ucap fara.

"Biarin aja".

"Jangan gitu dong sya, lo Ngga kasihan liat kakak sama orangtua lo sedih ha" Ucap karin.

"Iya sya, tadi kakak lo telfon gue buat kesini, katanya lo cuma di kamar terus, ngga mau makan, sekarang kita makan, abis itu lo cerita sama kita oke" Ucap fara.

"Katanya males makan, tapi habis dua piring" cibir karin pada tasya setelah menghabiskan makanannya.

"Hehe, nangis juga butuh tenaga" cengir tasya.

"Sekarang lo cerita sama kita, ada apa?" ucap fara.

Oke, mungkin ini saatnya untuk tasay bercerita pada kedua temannya ini "Gu-gue...gue..."

"Gue kenapa?" ucap fara.

"Diem dulu ra! Ngga sabaran banget sih!" kesal karin.

"Gue mau dijodohin" ucap tasya melemah.

Krik...krik..krikk...

Tiba-tiba saja kedua temanya terdiam, lalu beberapa detik kemudian fara tertawa garing. "Haha, lawakan lo garing banget, yakali sya dijaman modern gini masih ada perjodohan, lu pikir ini jamannya siti nurbayan" ucapnya kembali terbahak. Sedangakan karin yang berada di samping fara, hanya menatapnya dengan malas.

"emang gue keliatan lagi ngelawak?" kesal tasya. Dan fara langsung menghentikan tawanya "ja-jadi beneran, lo ngga bohong?".

"Kurang kerjaan banget gue bohong kek gituan".

"Tapi sya, lo kan masih sekolah" ucap karin.

"Gue juga ngga tau" ucap tasya lemah.











||Thanks for reading||
🦍🦍🦍

My Enemy, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang