PART 21

98 8 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya yaa^^
.
.
.
.
.
.
H  A  P  P  Y    R  E  A  D  I  N  G
🦋🦋🦋
_______________________________________

tak terasa, kini pernikahan antara tasya dengan bara tinggal satu minggu lagi, dan pagi ini, tiba-tiba saja bara menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama, dengan alasan ia disuruh oleh sang mama untuk menjemput tasya.

"Ogah gue berangkat bareng lo" ucap tasya, melipat kedua tanganya. Sekarang mereka berdua sedang berada di teras rumah.

"Gue juga ogah kali, asal lo tau, gue kesini karna kepaksa ya" ucap bara.

"Loh, kok kalian belum berangkat?" tanya tika, menhapiri keduanya.

"Tasya bareng kak brian aja ya bund".

"Gak! Gue berangkat bareng temen gue, lo sama bara aja tuh, udah dijemput juga, ngga ngehargaian banget lo" ucap brian dari depan pintu.

"Yaudah, tasya bawa motor sendiri aja ya bund, pisss" mohonnya, dengan puppy eyes nya.

"Jangan gitu ah, kasihan bara nya atuh" ucap tika.

"Orang kek dia ngga perlu dikasihanin bund".

"Udah tan, kalau dia ga mau, biar saya berangkat sendiri aja" ucap bara sopan.

"Nggak! Pokoknya kalian berdua harus berangkat bareng" ucap tika. "Udah, kamu ngga usah protes, atau uang jajan kamu bunda potong" lanjutnya, saat tasya hendak protes.

"Kok ngancem sih" kesal tasya.

"Bunda ngga ngancem. Oke, kalau kamu mau berangkat sendiri".

Kalau sudah begini tasya sudah tak bisa bekutik lagi, bundanya tak pernah main-main akan ucapannya.

"Iya deh iya! Tasya bareng sama bara!" ucapnya dengan kesal.

"Udah sana, lo berdua buruan berangkat, keburu telat" ucap brian.

"Tasya berangkat" pamitnya pada tika, sambil mencium tangan sang bunda, diikuti bara.

"Oh iya hampir lupa, nanti setrelah pulang sekolah, kalian ke butik tante ratna ya, mau fighting baju pernikahan kalian".

"Iya, baik tan" ucap bara. "Kalau gitu bara duluan ya bund, bang" pamitnya pada tika serta brian.

"Iya, hati-hati ya" ucap tika.

"Bawa motor yang bener, jangan ngubut" peingat brian.

"Siap bang, assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

"Buruan elah! Lama banget sih!" kesal tasya, ia berjalan duluan.

"Wooiii dek, lo belum pamit sama gue" teriak brian.

"Bodo!".

"Dasar adik no hep akhlak!".

"ngaca sana lo!".

"Udah, udah! Kalian ini, ngga malu apa sama tetangga, pagi-pagi udah teriak-teriak aja" ucap tika. "Kamu itu ngga usah lebay, cuma ngga dipamitin aja pake teriak-teriak aja, suara kamu itu persis toa" omelnya pada brian.

"Hahaaaa, kaya toa" ucap tasya terbahak.

"Kamu ini! Ngapain masih disitu?! Sana berangkat!" ucap tik berkecak pinggang.

"Iyaaa, ini mau berangkat...." teriak tasya, membuat tika mengelus dada sabar.

"Sabar ya bund, namanya juga hidup" ucap brian, namun tak digubris sama sekali, bahkan tika langsung masuk ke dalam rumah, sambil menutup pintu lumoayan kencang, membuat brian terperenjat kaget.

My Enemy, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang