PART 12

87 7 0
                                    

H A P P Y  R E A D I N G
.
.
.
.
.
.
🐭🐭🐭

Sekitar 10 menit, bara dan tasya sudah sampai di rumah tasya. Saat mereka berdua keluar dari mobil, saat itu juga sebuah mobil sport putih memasuki pekarangan rumahnya. Dan tasya tau, siapa pemilik mobil itu.

"Kok udah pulang?" tanya brian, keluar dari mobilnya.

"Tadi adek lo pingsan" jawab bara. Membuat tasya mendengus sebal, seakan tau apa yang akan diucapkan kakaknya setelah ini.

"Makanya kalo dibilangin ngga usah ngeyel" ucap brian mendekat pada adiknya, lalu nenyentil dahinya.

"Auwww, sakit bego!" kesal tasya, mengusap dahinya. Biarkan saja ia tak bersikap sopan terhadap kakak laknatnya ini.

"Bego bego! Lo tuh yang bego, keras kepala lagi, udah dibilang ngga usah masuk, masih aja ngeyel!".

"Crewet banget sii kaya emak-emak kompek, diem deh, tambah pusing nih  gue".

"Sukurin! Padahal tadi kan lo bilangnya gini, bentar lagi juga sembuh'' ucap brain menirukan tasya tadi pagi.

"Nyebelin banget sih lo!" kesal tasya.

"Ehem..." dehem bara, menghentikan aksi adu bacot kakak beradik ini.

"Lo anterin tasya ke kamar gih" ucap brian pada bara.

"Ngga usah, gue bisa sendiri".

"Lo tadi juga bilang gitu kan, dan akhirnya lo mau jatuh juga kan" ucap bara.

"Ngga usah batu kalo dibilangin" ucap brian pada tasya. "Udah, buruan lo anterin tasya ke kamarnya" lanjutnya pada bara.

"Iye" ucap bara, lalu kembali merangkul bahu tasya.

"Anjir, jantung gue kenapa nih" batin tasya, lalu mendongkrakan kepalnya, menatap bara.

"Biasa aja liatin guenya, Iya, gue tau, gue ganteng" ucap bara dengan tingkat ke pd annya.

"Idihh pd banget" ucap tasya sinis.

"Ngga mau ngaku lagi".

"Ganteng dari mananya coba?".

"Dari mana-mana, dari samping, depan, belakang, atas, bawah" ucap bara sambil membuka pintu kamar tasya.

"Dasar gila!".

"Mana ada orang gila seganteng gue?".

"Tingkat kepedean lo terakreditasi A".

"Nih, lo minum obat dulu" ucap bara, menghiraukan ucapan tasya, lalu memberikan beberapa butir obat yang ia ambil dari kantung kresek yang berwarna putih tadi.

"Jadi, tadi dia beliin obat buat gue" batin tasya.

"Lo budek apa gimana sih" geram bara, sebab tasya malah melamun sambil menatapnya.

"Eh, iya iya" ucap tasya tersadar, lalu mengambil obat yang berada di tangan bara. sekarang ia sedang bersandar pada kepala ranjang.

My Enemy, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang