Chapter 7

25.5K 1.5K 89
                                    

Baby Sitter & Tuan Manja


Sudah seminggu sejak kepulangan ku dari kampung. Seperti biasa, Al begitu nempel padaku. Sudah ibarat lem sama kertas.


"Mbak Ita, bantuin aku kerjain pr," ujar Al.


Aku yang sedang duduk membereskan baju-bajunya, langsung melihatnya. Dia berdiri di belakangku dengan pelukan yang penuh dengan buku. Aku mengangguk, lalu mengajaknya keruang tamu agar lebih luas.


"Apa pr mu?" tanyaku. Al diam sejenak, lalu kembali menatapku.


"Pr melukis atau menulis satu-dua bait puisi. Kan aku mau lulus, jadinya disuruh buat kenang-kenangan," ujar Al sambil tersenyum.



"Kamu maunya buat apa?"


"Menurut mbak, apa yang bagus?"



"Hmmm, ya udah, buat puisi dulu. Fokuskan pikiran kamu sama apa yang bakal kamu tulis. Jangan terusik dulu dengan apapun," instruksiku. Al mengangguk lalu mulai menulis.



"Eh, atau mau gambar aja? Gambar dua gunung, terus tengah-tengahnya dikasih matahari. Baru bawahnya dikasih sawah, hahaha!" gelakku. Al segera menekuk wajahnya kesal. Bahkan bibirnya sudah ikut maju beberapa senti.


"Mbak kira aku anak SD?" sungutnya kesal.


"Eh, siapa bilang cuman SD yang gambar begituan? Mbak dulu sampai SMP loh gambar gunung gitu. Biarin gurunya protes, yang penting mbak dapat nilai," ujarku disela tawa.


"Itu artinya mbak Ita nggak kreatif."


"Udah ah. Sudah, tulis sudah puisinya," ujarku lagi.




Kata orang, embun pagi itu menyejukkan.

Namun bagiku, senyuman mbak Ita itulah yang paling menyejukkan.

Kata orang, pelangi itu cantik.

Namun bagiku, mbak Ita lebih cantik dari siapapun.

Dan kata orang, jatuh cinta itu tak selamanya bahagia.

Namun bagiku, mencintai mbak Ita adalah kebahagiaanku selamanya.


"Sudah mbak!" seru Al. Aku mencoba melihatnya, namun disaat aku mulai membacanya, wajahku langsung memerah. Aku tersipu. Dan aku malu.

"Ekhem! Ini ... kenapa puisinya tentang mbak Ita? Ganti yang lain!" perintahku. Aku tak ingin jadi bahan tertawaan disekolah Al.

"Nggak bisa," bantahnya cepat.

"Kenapa nggak bisa?"

"Soalnya isi pikiran aku semuanya tentang mbak Ita. Jadi, sekalipun diganti tetap tentang mbak Ita. Because, 'mbak ita' is my life. So, my life would be less if 'mbak Ita' wasn't there."

Aku tersipu. Aku blushing. Dan aku yakin itu.


"Hahaha ... tapi bohong! Hayuuk!" gelakku garing. Yah aku tahu, aku tertawa karena terpaksa. Anggap saja aku benar-benar ingin keluar dari situasi canggung ini.


Al mendekat. Bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya yang mengenai wajahku. Aku beneran nggak tahu harus ngapain, huwaaaa.


"Aku selalu berusaha nggak bohong ke mbak Ita. Dan kali ini aku jujur," ungkap Al pelan. Bahkan terdengar sayu ditelingaku.

Baby Sitter & Tuan Manja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang