Season 2 Chapther 8

21.3K 912 27
                                    

Baby Sitter & Tuan Manja

Setelah lamaran kemarin, besoknya kami semua pergi ke kampungnya untuk lamaran resmi. Dan seminggu setelah itu, akad nikah dan resepsi akan digelar.

Dan di sinilah kini aku berada. Di depan meja rias dengan baju kebaya putih yang melekat di tubuhku. Ditambah dengan sanggul besar di kepala yang sanggup membuatku pening. Wajahku juga sudah di make over. Semuanya tampak sederhana, tapi elegan. Konsep itulah yang aku pinta pada Al.

Hufft ....

Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas. Dari pantulan cermin bisa kulihat bahwa ada raut khawatir di sana. Jujur, aku masih sedikit ragu.

Ibuku yang menyadari kegelisahanku, lantas mendekat. Meraih kedua tanganku lalu tersenyum.

"Ada apa, Nak?" tanya Ibu.

"Aku masih sedikit ragu, Bu. Aku takut sama pilihanku ini. Aku nggak tahu ini benar atau salah."

"Ibu tahu kamu khawatir karena takut dikecewakan lagi. Kamu takut terluka lagi. Tapi Nak, bukankah semua orang yang salah selalu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya? Walaupun awalnya kamu sering terluka, tapi berdoalah untuk kebahagiaan dikemudian hari."

"Dengerin apa kata ibu mu, itu nak!" ujar Bapak yang entah kapan datang.

Aku tersenyum. Hatiku terasa lega setelah mendengar nasihat Ibu. Lalu tanganku bergerak meraih tangan Bapak juga.

"Bapak, Ibu,doakan aku semoga jalan yang aku ambil ini adalah pilihan terbaik buat aku dimasa mendatang," ujarku dengan pelupuk yang sudah dibanjiri air mata.

"Bahkan sebelum lahir kamu selalu ada dalam doa kami Ta," ujar Bapak. Aku tambah tersenyum lebar. Bahkan air mataku mulai menetes.

"Kok malah nangis. Jangan nangis dong," ujar Bapak.

"Jangan nangis, Ta. Nanti bedaknya luntur, terus Al kaget ngeliat kamu," gurau Ibu. Aku terkekeh pelan lalu mengikuti mereka keluar.

Dapatku lihat Al sudah duduk tegak di depan pak penghulu. Dari raut wajahnya kelihatan sekali dia sedang gugup. Aku tersenyum melihatnya. Lalu aku duduk di samping Al. Al tampak terkejut melihat kedatanganku. Aku tersenyum.

"Ingat nama Mbak Itakan?" bisikku. Ia mengangguk lalu mengeluarkan jempol tangannya.

"Gimana mempelai prianya, sudah siap?" tanya penghulu.

"Siap, Pak."

"Kalau begitu kita mulai, yah?" ujar Pak penghulu lalu menjabat tangan dengan Al.

"Santai aja mas. Tangan nya nggak usah gemeteran," gurau Pak penghulunya.

Sontak semuanya tertawa. Apalagi penghulunya pake microfon. Jadi semua para saksi dapat mendengarnya. Al-Al, bikin malu aja kamu.

"Ikutin saya yah, Mas. Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Alvino Mawar Romandra bin Jun Romandra dengan Karita Delsafira binti Sukirman,dengan mas kawin rumah senilai tiga miliar dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Kepanjangan Pak. Saya nggak bisa ngikutin," ujar Al.

Sontak semuanya kembali tertawa. Bahkan penghulunya saja sampai menutup mulut menahan tawa. Sedangkan aku memilih untuk menutup wajahku. Aku malu banget.

"Saya ulangi ya mas? Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Alvino Mawar Romandra bin Jun Romandra dengan Karita Delsafira binti Sukirman,dengan mas kawin rumah senilai tiga miliar dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

Baby Sitter & Tuan Manja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang