Season 2 Chapter 7

16.7K 965 19
                                    

Baby Sitter & Tuan Manja

Ita terduduk di kursi yang berada di teras kosannya. Ia sedang merenungi kejadian yang sudah terjadi belakangan ini. Al kembali menempel padanya. Bahkan Al sampai menyuruh Resti, asistennya untuk membeli kursi untuk Ita duduk di sampingnya. Dan karena itu, Ita jadi tidak kerja belakangan ini.

Al masihlah sosok yang manja. Itulah yang Ita yakini. Padahal Ita sering mendengar banyak karyawan yang mengeluh karena sifat Al yang terlalu tegas, atau mungkin cenderung galak atau sebagainya.

Lalu bagaimana bisa Al menjadi sosok yang manis saat bersamanya? Atau mungkinkah Ita terspesialkan oleh Al? Ahhh, memikirkannya membuat wajah Ita sontak memerah.

Disaat Ita asik melayang dalam lamunannya, ponsel miliknya tiba-tiba berbunyi. Ada nomer tidak dikenal menelponnya. Dengan ragu, Ita menjawabnya.

"Halo?"

"Benar ini dengan Karita?" tanya sosok penelpon itu.

"Iya, benar. Ini siapa yah?"

"Soal itu, kamu tidak perlu tahu. Bisa datang ke cafe Alita? Saya tunggu kamu di sini."

"Ah, baik!"

Setelahnya, Ita segera bergegas bersiap-siap.

POV Karita Delsafira

Hahahaha! I'm come back guys! Pada kangen aku nggak? Kangen dong, pasti! Secara, akukan tokoh cewek yang paling ngangenin di sini. Oke, back to story.

Setelah mendapat panggilan singkat tadi, aku langsung on the way ke TKP. Eh, maksudnya cafe Alita. Ahhh, nama cafenya mirip nama aku sama Al. So sweet banget sih yang punya cafe. Akukan jadi baper.

Jujur aku sedikit ragu buat pergi. Tapi aku juga kekeh buat pergi ke sana. Aku ngomong apa sih? Tapi siapa tahu aku dapet uang kaget kaya di TV-TV gitu. Atau aku dapat bantuan bedah rumah. Kan aku nggak mau ngelewatin kesempatan kek gitu. Rejeki nggak boleh di tolak, cuy!

Kalau aku dapet bedah rumah, aku bakal buat rumah jauh-jauh. Tapi kalau aku dapet uang kaget, aku bakal kabur dari Al lagi. Hiks, hati hayati tuh lelah! Kamu tahukan kek apa rasanya jadi aku selama ini? Hiks, rasanya itu seperti anda menjadi iron man. Eh, maksudnya setajam silet. Oke, sampek sini aku akui aku receh. Jan pada ketawa. Ketawa dikit, aku bacok!

Karena terlalu lama ngebacot sama kalian para reader, tanpa sadar aku sudah sampai di cafe. Kata si penelpon misterius, aku di suruh duduk di meja nomer dua.

Hufft.

Pasti bakal ada masalah nih. Kayanya uang seratus jutaku bakal hilang. Bukan karena apa sih. Tapi, setiap kali aku ketemu angka nomer dua, aku pasti kena sial.

Hiks, good bye uang kaget.

Di meja nomer dua, sudah ada yang duduk di sana. Kayanya sih dia yang nelpon. Dari pakaiannya, aku yakin itu perempuan. Ia mengenakan kaca mata hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Juga topi yang cukup besar. Ia mengenakan dress yang ... you know lah! Kurang bahan gitu, xixixi.

"Permisi," ujarku kalem. Harus kalem dongs. Akukan nggak mau ada yang tahu kalau aku tahu aku tambah pecicilan. Kalian heran? Aku aja heran kenapa makin tua makin pecicilan. Kebelet kawin kayanya. Al! Cepetan lamar Mbak Ita, woi!!

Setelah itu, aku duduk di depannya. Untuk saat ini, aku belum tahu dia siapa. Mukanya ketutup buku menu soalnya.

Akukan orangnya bodo amet, yah! Karena belum diajak ngomong juga, aku tinggal aja main HP. Akukan sebodoh teing. Sampai akhirnya, buku menu tersebut di tutup dan perhatian orang tersebut mulai terfokus padaku.

Baby Sitter & Tuan Manja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang